Seniman-perupa Yaksa Agus Gelar "Operasi Gabungan"
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Setelah Agustus tahun lalu dalam pameran Adu Domba #6 menjadikan tema bermain dalam karya lukisannya, seniman-perupa Yaksa Agus Widodo kembali menggelar pameran bertajuk "Operasi Gabungan" yang dibuka pada Selasa (17/7) malam. Operasi gabungan kerap diidentikkan dengan sebuah aktivitas operasi/razia melibatkan anggota kepolisian dari berbagai satuan atau bersama dengan instansi lain.
Jika pada "Adu Domba #6" karya Yaksa benar-benar bercerita tentang permainan dalam arti sebenarnya seperti catur, dolanan anak Dam-daman (catur Jawa), pada pameran "Operasi Gabungan" kenakalan Yaksa bermain kata-kata dalam judul karyanya mengambil istilah-istilah yang sering digunakan dalam dunia kepolisian atau oleh anggota polisi.
Polisi tidur (speed bumb), bagian jalan yang ditinggikan berupa tambahan aspal ataupun adukan semen yang dipasang melintang di jalan sebagai penanda untuk memperlambat laju kendaraan yang sering membuat jengkel pengguna jalan bahkan membahayakan karena pembuatannya yang jarang mengikuti aturan yang ada. Karya lukisan berjudul "Polisi Tidur" bisa jadi membuat orang benar-benar jengkel atau tertawa karena Yaksa membuat lukisan figur orang dengan seragam polisi yang benar-benar sedang tidur.
Tentang polisi tidur, Yaksa punya cerita sendiri yang bisa dilihat pada Yaksapedia, sebuah terminologi versi Yaksa yang ditulis pada akun facebook-nya tentang sesuatu kejadian, tempat, makanan, atau apapun yang bisa jadi sekedar plesetan, othak-athik gathuk, ataupun bahkan serius dengan berbagai argumentasi yang kadang dilakukan secara serampangan ataupun serius.
Dikutip dari Yaksapedia, dulu ada seorang polisi di kampung Patehan Yogyakarta yang suka tiduran di depan rumahnya sehingga membuat para pengendara sungkan (segan) atau malah takut ngebut di jalan tersebut. Karena tidak mungkin ia bisa seharian tiduran di situ, maka kemudian polisi tersebut membangun dua gundukan sejajar dengan batas rumahnya. Sejak saat itu tidak ada lagi yang berani ngebut, setidaknya di depan rumahnya. Dan sejak saat itu muncullah istilah polisi tidur.
Kenakalan lainnya tergambar pada karya Tangkap series yang terdiri lima lukisan akrilik di atas kanvas dalam ukuran masing 188 cm x 62 cm berjudul "Diciduk", "Disisir", "Dikarungi", "Digaruk", dan "Dijaring", yang tidak ada satupun aktivitas sebuah operasi razia.
Pada lima lukisan panel "Kejarlah Daku Kau Kutangkap" berukuan masing-masing 88 cm x 62 cm, Yaksa memberikan sentuhan dengan figur dalam seragam polisi wanita dan kawat jeruji penjara. Empat lukisan polisi wanita dalam posisi dibatasi kawat jeruji sementara pada Kejarlah Daku Kau Kutangkap #4 posisinya memunggungi sehingga memunculkan pertanyaan siapa ada dimana: siapa dikejar, siapa ditangkap, siapa dipenjara.
Karya "Hikayat Indro Pylox" diambil dari kisah anggota hansip (pertahanan sipil) yang masa mudanya menjadi simpatisan Joxzin, disingkat JXZ dan suka membuat graffiti dengan cat semprot di sembarang dinding jalanan Jogja. Dia dikenal sebagai Indro Pilok. Di masa tuanya dia menjadi hansip dengan tugas yang paling disukainya adalah membersihkan graffiti yang mengotori kotanya.
"Dengan membersihkan graffiti, Indro pilok seolah sedang menebus dosa masa lalunya,” jelas Yaksa di sela-sela pembukaan pameran, Selasa (17/7) malam. Dalam karya "Hikayat Indro Pylox" Yaksa tidak sedang bermain-main. Jadi membayangkan Yaksa disisir, dijaring, digaruk, dan diciduk, kira-kira akan jadi seperti apakah karya lukisan tersebut.
Pameran tunggal "Operasi Gabungan" akan berlangsung hingga 25 Juli 2018 di Indieart house Jalan AS Saniawaat Barat no 99 Desa Bekelan RT 001, Tirtonirmolo, Kasihan-Bantul.
Pidato Penerima Nobel Perdamaian: Korban Mengenang Kengerian...
OSLO, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria Jepang berusia 92 tahun yang selamat dari pengeboman atom Amerika...