Loading...
ANALISIS
Penulis: Sabar Subekti 18:39 WIB | Kamis, 20 Februari 2020

Serangan Belalang, Wabah atau Sumber Protein?

Kawanan belalang gurun dalam jumlah besar yang menyerang Kenya awal 2020. (Foto: dari Reuters)

SATUHARAPAN.COM-Gerombolan belalang gurun tengah menyerbu banyak negara di seluruh dunia, termasuk China, Yordania, Arab Saudi, Pakistan, India, Kenya, Eritrea, Somalia dan Sudan. Namun berita ini tampaknya tak menghentak dunia seperti penyebaran virus corona baru. Mungkin karena dampaknya hanya pada negara-negara miskin, dan jauh dari pusat ekonomi dunia.

Afrika Timur adalah wilayah yang sangat terpukul oleh serangga ini. Badan pangan PBB, FAO, memperingatkan ancaman terhadap keamanan pangan di kawasan itu. Wabah ini disebabkan oleh peningkatan jumlah siklon dan bisa menjadi lebih buruk jika tren cuaca berlanjut. Bahkan apa yang akan terjadi di kemudian hari akan lebih buruk.

Kawanan belalang gurun di Afrika Timur telah mencapai Ethiopia, Kenya, Somalia, Djibouti, Eritrea, Sudan, Uganda, Sudan Selatan dan Tanzania, di antara negara-negara lain.

Perubahan Iklim

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menyebutkan "ada hubungan antara perubahan iklim dan krisis belalang yang belum pernah terjadi sebelumnya yang melanda Ethiopia dan Afrika Timur. Laut yang lebih hangat berarti lebih banyak angin topan yang menghasilkan tempat berkembang biak yang sempurna bagi belalang. Hari ini ukuran kawanannya sama besarnya dengan kota besar, dan itu semakin buruk dari hari ke hari.

Serangan itu bermula dari Semenanjung Arab di Yaman, dan Arab Saudi juga terkena dampaknya. Pada bulan Juni, Yaman melihat wabah belalang gurun untuk pertama kalinya dalam tiga tahun. Rakyat Yaman memanfaatkan serangan itu sebagai sumber makanan alternatif. .Apalagi penduduk wilayah itu tengah mengalami krisis pangan akibat perang saudara yang sudah berlangsung enam tahun, dan bantuan pangan internasional terhambat oleh milisi Houthi yang ingin memanfaatkan bantuan itu

Yordania menaikkan tingkat siaga untuk mengendalikan belalang dan memantau kawanan yang bergerak dari Yaman ke Arab Saudi, menurut Jordan Times.  Suriah, yang sudah terjerumus dalam sembilan tahun perang saudara, sekarang juga bersiap menghadapi perang melawan belalang. Kawanan ini mulai terlihat juga di berbatasan dengan Israel.

Israel sedang bersiap untuk kemungkinan serangan belalang gurun pertama dalam tujuh tahun, terakhir menurut berita Channel 12. Serangan pada tahun 2013 merusak investasi pada industri pertanian di Israel. Meskipun serangan belalang tahun ini diperkirakan rendah, situasinya bisa berubah.

Ada perkiraan bahwa memasuki musim panas pada pertengahan tahun, menjadi masa belang berkembang biak dengan cepat di wilayah gurun. Bahkan ada perkiraan populasinya bisa 500 kali lebih banyak dari populasi sekarang.

Iran juga telah mulai mempersiapkan serangan kawanan belalang yang saat ini terletak di selatan negara itu. Mohammad Reza Mir, pakar pertanian di Organisasi Perlindungan Tumbuhan Iran, mengatakan kepada Xinhua bahwa belalang dapat menyerang pusat pertanian Iran.

Di Asia, Pakistan telah mengumumkan darurat nasional untuk memerangi serangan belalang. Kawanan di sana telah mencapai India barat laut. Kawanan belalang sekarang mendekati wilayah China.

Dampak Serangan Belalang

Gerombolan belalang seluas satu kolometer persegi dapat memakan tanaman yang sepadan dengan jumlah makanan manusia untuk satu hari bagi 35.000 orang, menurut FAO. Pakar peramalan belalang dari Organisasi Pangan & Pertanian PBB, Keith Cressman menjelaskan bahwa satu gerombolan belalang yang memasuki suatu ladang di pagi hari telah memakan seluruh ladang pada tengah hari.

Cressman memperingatkan bahwa "kita memiliki waktu yang sangat singkat untuk bertindak." Direktur Jenderal FAO, QU Dongyu, mendesak tindakan yang lebih besar dan lebih cepat untuk mencegah krisis kemanusiaan di Afrika Timur.

Kawanan belalang memang telah menjadi ancaman besar, sayangnya bahwa perhatian dunia masih belum memadai untuk mengatasi ini. Bahkan tindakan itu sekarang berlomba dengan waktu. Padahal serangan belalang menjadi ancaman serius pada periuk nasi dan keranjang roti bagi jutaan manusia.

Tulah dalam Akitab

Serangan belalang telah terjadi sejak jauh di masa lalu dalam peradaban manusia. Catatan di Alkitabiah merupakan salah satu yang tertua ketika 10 tulah diturunkan terhadap Mesir (juga di Afrika) dan salah satunya adalah wabah belalang, ketika Firaun menolak membiarkan bangsa Yahudi keluar dari negeri itu.

Tertulis dalam Kitab Ulangan 10: 14-15: Datanglah belalang meliputi seluruh tanah Mesir dan hinggap di seluruh daerah Mesir, sangat banyak; sebelum itu tidak pernah ada belalang yang demikian banyaknya dan sesudah itupun tidak akan terjadi lagi yang demikian. Belalang menutupi seluruh permukaan bumi, sehingga negeri itu menjadi gelap olehnya; belalang memakan habis segala tumbuh-tumbuhan di tanah dan segala buah-buahan pada pohon-pohon yang ditinggalkan oleh hujan es itu, sehingga tidak ada tinggal lagi yang hijau pada pohon atau tumbuh-tumbuhan di padang di seluruh tanah Mesir.

Serangan wabah belalang gurun, tidaklah perlu dilihat sebagai tulah, meskipun memang harus diakui sebagai dampak dari perubahan iklim yang terjadi akibat perilaku umat manusia. Kedatangannya dalam jumlah yang sangat besar adalah ancaman yang  riil.

Upaya yang selama ini dilakukan tampaknya masih dalam usaha untuk memberantas gerombolan belalang ini dengan pestisida. Pemakaian pestisida mungkin efektif, tetapi  dalam jumlah besar dan masif bisa menimbulkan dampak lain di masa depan, termasuk pada spesies lain yang harus dilindungi.

Tentang belakangan ini sebenarnya telah mulai dibicarakan sebagai salah satu sumber protein. Apalagi dunia masih melihat ada belahan dunia yang menghadapi kelaparan. Kemungkinan ini tampaknya belum dijangkau dan diupayakan untuk sebuah sumber protein gratis dalam jumlah besar.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home