Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 08:49 WIB | Jumat, 29 November 2019

Serangan Bom Taliban di Afghanistan, 16 Tewas

Trum kunjungi Afghanistan bahas Pembicaraan damai dengan Taliban
Pasukan Keamanan Afghanistan berjaga setelah sebuah serangan teror bom di ibu kota, Kabul, beberapa waktu lalau. (Foto: dari AP)

KABUL, SATUHARAPAN.COM-Pejabat Afghanistan mengatakan pada hari Kamis (28/11) bahwa ledakan tiga terpisah di wilayah utara negara itu menewaskan sedikitnya 16 orang, dan hampir semua korban adalah perempuan dan gadis muda. Sementara Presiden Amerika Serikat mengatakan pada hari yang sama bahwa Kelompok pemberontak Taliban sepakat untuk pembicaraan damai.

Sebuah bom mobil meledak dengan menabrakkan ke kendaraan sipil yang penumpangnya hendak pergi ke pesta pernikahan, pada hari Rabu (27/11) malam, menewaskan sedikitnya 15 orang termasuk enam perempuan, enam anak perempuan dan dua bayi, serta pengemudi laki-laki, menurut Nasrat Rahimi, seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri yang dikutip AP. Dia mengatakan dua warga sipil lainnya terluka dalam ledakan lain di Provinsi Kunduz di wilayah timur laut.

Beberapa jam kemudian, tembak-menembak dan ledakan terjadi di sebuah pos pemeriksaan keamanan dan menewaskan sedikitnya satu polisi, kata Mohammad Nooragha Faizi, seorang juru bicara polisi di Provinsi Sari Pul di wilayah utara.

Dia mengatakan gerilyawan Taliban dengan kendaraan yang membawa bahan peledak dihentikan di pos pemeriksaan pada hari Kamis (28/11) pagi, kemudian melepaskan tembakan untuk mencegah mereka melarikan diri. Faizi mengatakan mereka meledakkan bahan peledak dari jarak jauh setelah melarikan diri, dan penyelidikan sedang berlangsung.

Kementerian Dalam Negeri Afghanistan menyalahkan kelompok  Taliban atas dua serangan itu. Namun kelompok pemberontak itu belum berkomentar.

Sebuah pernyataan dari kantor Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, mengatakan bahwa Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat, Mark Milley, bertemu dengan Ghani di Kabul pada hari Kamis dan meyakinkannya bahwa AS tetap berkomitmen untuk memerangi terorisme.

Selasa lalu, Taliban membebaskan seorang Amerika dan seorang Australia yang disandera sejak 2016 dengan imbalan dengan penyerhan tiga tokoh penting Taliban. Kelompok gerilyawan itu mengatakan pertukaran itu dapat membantu menghidupkan kembali perundingan perdamaian. Pembicaraan damai antara AS dan Taliban gagal pada bulan September, dan sejak itu Taliban melakukan berbagai serangan dengan korban terbanyak warga sipil.

Kelompok Taliban menguasai setengah dari wilayah Afghanistan, dan mereka melakukan serangan hampir setiap hari dengan menargetkan pasukan Afghanistan dan pejabat pemerintah,  tetapi juga membunuh sejumlah warga sipil.

Kunjungan Trump

Sementara itu, Presiden AS, Donald Trump, mengatakan pada hari Kamis bahwa AS telah melanjutkan pembicaraan dengan gerilyawan Taliban ketika dia melakukan perjalanan tanpa pemberitahuan ke Afghanistan untuk merayakan liburan Thanksgiving dengan pasukan AS.

Taliban ingin membuat kesepakatan dan kami bertemu dengan mereka dan kami mengatakan itu harus menjadi gencatan senjata. Mereka tidak ingin melakukan gencatan senjata, namun sekarang mereka ingin melakukan gencatan senjata, katanya kepada wartawan, seperti dikutip AFP.

Trump dilaporkan lepas landas pada tengah malam dari Lapangan Udara Bagram, Afghanitan, setelah beberapa jam bertemu pasukan AS di Afghanistan dan pertemuan singkat dengan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani.

Trump tiba-tiba memutuskan untuk pembicaraan damai dengan Taliban pada September, membatalkan pertemuan rahasia setelah pemboman di Kabul yang menewaskan 12 orang, termasuk seorang tentara Amerika. Tidak dijelaskan berapa lama atau substantif apa yang dibicarakan AS dengan Taliban.

Juru bicara Gedung Putih, Judd Deere, mengatakan Ghani diberitahu tentang kunjungan presiden beberapa jam sebelum kedatangan Trump dan menerima undangan untuk bertemu di pangkalan itu.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home