Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 15:08 WIB | Kamis, 14 Mei 2020

Serangan Bom Truk di Afghanistan, Taliban Mengklaim Bertanggung Jawab

Sedikitnya lima orang tewas.
Orang-orang membawa korban serangan dengan truk penuh bahan peledak yang diklaim dilakukan oleh Taliban, di kota Gardez, Afghanistan timur. (Foto: AFP)

KABUL, SATUHARAPAN.COM-Taliban menyerang dengan meledakkan sebuah truk penuh dengan bahan peledak di dekat pengadilan di kota Gardez, Afghanistan timur, hari Kamis (14/5), dan menewaskan sedikitnya lima orang.

Gerilyawan Taliban mengklaim melakukan serangan itu. Ledakan itu terjadi dua hari setelah dua serangan yang menewaskan setidaknya 56 orang di tempat lain di negara itu. Ini termasuk serangan ke rumah sakit bersalin di Kabul yang menewaskan perempuan dan bayi yang baru lahir.

Serangan ini menandai Afghanistan menghadapi kemunduran dalam rencana perdamaian di negara itu, yang telah dilanda perang selama beberapa dekade.

“Sebuah ledakan bom mobil terjadi di dekat pengadilan militer di kota Gardez, yang merupakan daerah berpenduduk. Lusinan warga sipil dikhawatirkan mati dan terluka,” kata Tariq Arian, juru bicara kementerian dalam negeri.

Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, dalam sebuah pernyataan mengatakan kelompok pemberontaknya bertanggung jawab atas serangan itu.

Sementara Emal Khan Momand, juru bicara militer di Provinsi Paktia di mana kota Gardez berada, mengatakan serangan itu dilakukan dengan sebuah truk yang penuh dengan bahan peledak. Lima orang tewas dan 14 lainnya luka-luka, katanya.

Mengancam Upaya Perdamaian

Arian menyalahkan jaringan militan Haqqani, yang memiliki hubungan dengan pemberontak Taliban dan kelompok militan Lashkar-e-Taiba yang berbasis di Pakistan. Kelompok-kelompok ini jarang secara terbuka mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Afghanistan.

Ledakan itu terjadi setelah orang-orang bersenjata menyerang rumah sakit bersalin di Kabul, menewaskan 24 orang, termasuk ibu dan bayi yang baru lahir, pada hari Selasa (12/5). Sebuah ledakan bunuh diri yang diklaim oleh ISIS terjadi di acara pemakaman di Nangahar timur pada hari yang sama, dan menewaskan 32 orang.

Presiden Ashraf Ghani mengecam serangan itu dan mengatakan dia telah memerintahkan militer untuk beralih ke mode ofensif daripada bersikap defensif yang diadopsi ketika Amerika Serikat menarik pasukan dan mencoba untuk menengahi pembicaraan dengan Taliban.

Taliban membantah terlibat dalam dua serangan sebelumnya. Namun pemerintah menuduh kelompok itu menumbuhkan lingkungan di mana terorisme tumbuh subur atau bekerja dengan kelompok-kelompok militan lain yang mungkin terlibat. Mereka berusaha keras agar Amerika Serikat membawa para pemberontak dan pemerintah Afghanistan bersama dalam perundingan. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home