Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 15:07 WIB | Kamis, 14 Mei 2020

Serangan di RS Bersalin Kabul, Afghanistan, Korban Bertambah Jadi 24 Orang

Pasukan keamanan membawa bayi dari rumah sakit bersalin yang diserang kelompok bersenjata di Kabul, Afghanistan, hari Selasa (12/5). (Foto: AFP)

KABUL, SATUHARAPAN.COM-Pejabat Afghanistan pada hari Rabu (13/5) mengatakan jumlah korban tewas dari serangan militan di rumah sakit bersalin di Kabul menjadi 24, termasuk ibu, perawat dan dua bayi. Sehari setelah penembakan terjadi, 20 bayi berada di bawah pengawasan medis, berbaring terbungkus selimut di buaian rumah sakit.

Kelompok militan menyerbu rumah sakit pada hari Selasa (12/5), memulai tembak-menembak selama berjam-jam dengan polisi. Ketika baku tembak meletus, pasukan keamanan Afghanistan membawa bayi dan ibu yang panik.

Klinik di Dashti Barchi, lingkungan yang dihuni sebagian besar warga Syiah di ibu kota Afghanistan itu, didukung oleh kelompok bantuan internasional Doctors Without Borders.

Kementerian Dalam Negeri awalnya mengatakan pada hari Selasa bahwa 16 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya terluka. Wahid Majroh, wakil menteri kesehatan masyarakat, pada hari Rabu mengatakan jumlah korban meninggal menjadi 24, dan 16 orang terluka.

Dari mereka yang dievakuasi, 21 bayi dibawa ke Rumah Sakit Ataturk Kabul, di mana ada dokter Sayed Fared. Dia mengatakan satu bayi mengalami patah tulang dan dipindahkan ke rumah sakit anak-anak. Sedang 20 bayi lainnya dalam kesehatan yang baik dan di bawah pengawasan kami,” katanya.

Keluarga Korban

Di luar Rumah Sakit Ataturk, kerabat yang cemas menunggu kabar. Qurban Ali, seorang ayah berusia 27 tahun, datang untuk menemui putrinya yang baru lahir, Bakhtawar, yang termasuk di antara mereka yang dievakuasi dari Dashti Barchi. Namanya ada di gelang tangan bayi itu diberikan setelah dia lahir pada Selasa pagi, seorang bayi prematur.

Ali mengatakan dia sedang menonton TV ketika dia mendengar tentang serangan rumah sakit. ''Saya bergegas ke rumah sakit, tetapi tidak dapat menemukan istri atau bayi saya,'' katanya. Istrinya memanggilnya beberapa saat kemudian, menangis dan mengatakan dia berhasil melarikan diri dari serangan itu, tetapi tidak dapat memulihkan bayi mereka. Keduanya bergegas ke Rumah Sakit Ataturk setelah mendengar bayi-bayi dievakuasi di sana, dan untuk bantuan mereka menemukan Bakhtawar. ''Alhamdulillah... anak saya dan istri saya sama-sama tidak terluka, ' kata Ali.

Tetapi tidak begitu beruntung bagi keluarga perawat 35 tahun, Maryam Noorzada, yang bekerja di Dashti Barchi dengan Doctors Without Borders (MSF, sebutan dalam akronim bahasa Prancis). Dia tidak dapat menemukannya setelah mencari semua rumah sakit Kabul.

Adik iparnya, Mahdi Jafari, mengatakan keluarga akan memberikan sampel DNA untuk melihat apakah mayat yang tidak diklaim yang tersisa di kamar mayat adalah miliknya.

Minoritas Syiah Jadi Sasaran

Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, dan Taliban bersikeras mereka tidak terlibat. Di masa lalu, sebagian besar serangan di Dashti Barchi, rumah bagi komunitas minoritas Syiah Hazara, dilakukan oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Dalam pidato yang disiarkan televisi beberapa jam setelah serangan itu, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, meminta pasukan keamanan untuk melancarkan serangan terhadap gerilyawan Taliban. Setelah kesepakatan damai Amerika Serikat-Taliban ditandatangani awal tahun ini, pemerintah Afghanistan mengatakan pihaknya mempertahankan sikap defensif.

"Taliban tidak berhenti memerangi dan membunuh warga Afghanistan, sebaliknya mereka telah meningkatkan serangan mereka terhadap warga negara kami dan tempat-tempat umum," meskipun berulang kali menyerukan gencatan senjata, kata Ghani.

Taliban dan ekstrimis ISISN saling bersaing. Pejabat Afghanistan dan Amerika mengatakan afiliasi ISIS di Afghanistan telah melemah dalam beberapa bulan terakhir sebagai akibat dari serangan bom AS di markas kelompok itu, di Provinsi Nangarhar timur, serta operasi militer oleh pasukan keamanan Afghanistan dan serangan oleh gerilyawan Taliban.

Serangan ISIS di Nangarhar

Dalam serangan terpisah pada hari Selasa (12/5), seorang pembom bunuh diri menargetkan acara pemakaman seorang komandan milisi pro-pemerintah dan mantan panglima perang di distrik Khewa Nangarhhar, menewaskan 32 orang dan melukai 133, menurut Zahir Adil, juru bicara departemen kesehatan masyarakat provinsi tersebut.

Laporan sebelumnya menyebutkan 24 orang tewas dan 68 lainnya luka-luka akibat pemboman itu. Korban tewas termasuk Abdullah Lala Jan, anggota dewan provinsi, sementara ayahnya, Noor Agha, seorang anggota parlemen, terluka dalam serangan itu.

Kelompok Negara Islam atau ISIS itu mengaku bertanggung jawab atas pemboman di Nangarhar dalam sebuah pernyataan yang diposting pada hari Selasa malam di jaringan medianya, Aamaq.(AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home