Serangan Udara Militer Ethiopia Menyasar Taman Kanak-Kanak di Tigray
ADIS ABABA, SATUHARAPAN.COM-Sebuah serangan udara oleh angkatan udara Ethiopia menghantam sebuah taman kanak-kanak di wilayah Tigray yang diperangi negara itu, menyebabkan kematian dan cedera pada hari Jumat (26/8), menurut penyiar lokal. Itu adalah eskalasi terbaru dari konflik yang telah menciptakan krisis kemanusiaan bagi jutaan orang.
Tigray Television mengutip saksi mata yang mengatakan serangan sore itu menghantam sebuah taman kanak-kanak bernama Red Kids Paradise di ibu kota Tigrayan, Mekele. Media itu menayangkan gambar grafis anak-anak dan orang dewasa dengan tubuh terpotong-potong setelah serangan itu.
Rumah-rumah di dekat taman kanak-kanak juga terkena serangan itu, lapor penyiar Dimtsi Weyane. Pejabat Tigrayan menyebut serangan udara itu sebagai serangan yang tidak berperasaan dan sadis.
“Rezim kejam ini telah mengalahkan dirinya sendiri dengan penargetan yang disengaja hari ini terhadap sebuah bangunan anak-anak,” kata mereka dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan itu tidak mengatakan berapa banyak orang yang tewas dalam serangan udara itu. Tetapi direktur Rumah Sakit Ayder Mekele, Kibrom Gebreselassie, mengatakan di Twitter bahwa dua anak termasuk di antara sedikitnya empat orang yang tewas.
“Lebih banyak korban datang. Jumlah total sejauh ini di rumah sakit kami adalah 13,” katanya.
AP belum dapat memverifikasi rekaman secara independen. Pihak berwenang Ethiopia tidak segera mengomentari laporan tersebut.
Tetapi Layanan Komunikasi Pemerintah Ethiopia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (26/8) sebelumnya bahwa pemerintah akan "mengambil tindakan yang menargetkan pasukan militer yang merupakan sumber sentimen anti perdamaian dari Front Pembebasan Rakyat Tigray."
Ini memperingatkan orang-orang di Tigray untuk menjauh dari peralatan militer dan fasilitas pelatihan yang digunakan oleh pasukan Tigray.
Laporan serangan udara di taman kanak-kanak muncul di tengah dimulainya kembali pertempuran antara pasukan federal Ethiopia dan pejuang Tigray. Kedua belah pihak saling menuduh memulai kembali perang pada hari Rabu setelah jeda pertempuran sejak Juni 2021.
Konflik di Tigray, yang dimulai pada November 2020, telah menewaskan ribuan orang di negara terpadat kedua di Afrika, yang berpenduduk lebih dari 115 juta orang.
Konflik telah mereda dalam beberapa bulan terakhir di tengah upaya mediasi yang berjalan lambat. Namun pekan lalu juru bicara Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, mengatakan kepada wartawan bahwa pihak berwenang Tigray "menolak untuk menerima pembicaraan damai."
Pemerintah Ethiopia mengatakan siap untuk melakukan pembicaraan, tetapi bersikeras bahwa Uni Afrika harus memimpin upaya mediasi.
Pihak berwenang Tigray telah mengkritik upaya Uni Afrika dan mendesak dimulainya kembali sambungan telepon, perbankan dan layanan lainnya yang sebagian besar telah terputus sejak perang dimulai. Pernyataan oleh otoritas Tigrayan setelah serangan udara hari Jumat menuduh bahwa pemerintah federal tidak tertarik pada pembicaraan damai.
Konflik tersebut telah menciptakan krisis kemanusiaan bagi jutaan orang yang terkena dampak pertempuran di Amhara dan wilayah tetangga Afar, sementara ribuan orang Tigrayan sekarang tinggal di kamp-kamp pengungsi di Sudan. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...