Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 16:57 WIB | Senin, 18 Januari 2016

SETARA: Intoleransi Beragama adalah Bibit Terorisme

Dari kiri: Peneliti Setara Institute, Halili Hasani, Direktur Riset Setara Institute, Ismail Hasani, Ketua Setara Institute, Hendardi, dan Wakil Ketua Setara Institute, Bonar Tigor Naipospos, dalam konferensi pers di Cikini, Jakarta Pusat, hari Senin (18/1). (Foto: Martahan Lumban Gaol)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – SETARA Institute menilai tindakan intolerasi terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan merupakan titik awal menuju praktik tindakan teror. Para pelaku intoleran yang tidak puas, kemudian memilih bergabung pada kelompok-kelompok radikal dan melakukan aksi teror.

"Bom di Thamrin kemarin menunjukkan persoalan intoleransi dalam kehidupan beragama adalah bibit terorisme. Itu tangga pertama, dari intoleransi, lalu gerakan ekstrem, radikal, kemudian teroris," ujar Direktur Eksekutif Setara Institute, Hendardi, dalam konferensi pers di Cikini, Jakarta Pusat, hari Senin (18/1).

Menambahkan, Direktur Riset Setara Institute, Ismail Hasani, mengatakan para pelaku teror awalnya merupakan pelaku intoleran yang tergabung dalam organisasi masyarakat yang membawa unsure keagamaan. Kelompok tersebut biasanya dikenal sering mengintimidasi aliran kepercayaan tertentu yang dianggap menyimpang.

Kemudian, dia melanjutkan, anggota kelompok yang tidak puas hanya dengan melakukan sikap intoleransi kemudian memilih bergabung dengan kelompok-kelompok radikal, kelompok itu membenarkan dilakukannya aksi teror dan kekerasan.

"Untuk jadi teroris tidak bisa seketika, ada tahapan dan proses. Misalnya Muhammad Abduh di Cirebon, lalu Bahrun Naim, mereka sebelumnya tergabung dalam ormas kelompok intoleran," kata Ismail.

Menurut Ismail, dibutuhkan keseriusan pemerintah dalam melakukan mitigasi terorisme. Salah satunya, menindak tegas sikap-sikap intoleran yang dilakukan berbagai kelompok yang berlatar belakang agama.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home