Sidang Raya XVIII PGI Dibuka: Ajak Hidup Sebagai Terang, Berbuah Kebaikan, Keadilan dan Kebenaran
TORAJA, SATUHARAPAN.COM-Menteri Agama, Nasaruddin Umar, menyampaikan harapan agar Sidang Raya PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) membawa hasil yang terbaik bagi semua pihak, juga menekankan pentingnya mengajarkan nilai-nilai toleransi dan kemanusiaan dalam kehidupan beragama.
“Kesalahan besar terjadi saat kita terlalu sibuk dengan urusan di dalam ruang ibadah, tetapi melupakan penanaman nilai kemanusiaan dan toleransi dalam diri, keluarga, dan umat,” katanta pada pembukaan sidang raya di Toraja, hari Jumat (8/11).
Sementara itu, Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom, menyampaikan selamat kepada Nasarudin Umar, yang dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Menteri Agama. Gereja-gereja di Indonesia menaruh harapan besar kepadanya dalam membangun kehidupan beragama yang toleran, sehingga seluruh umat beragama dapat hidup berdampingan secara damai, diikat oleh semangat toleransi, yang merupakan DNA bangsa masyarakat kita.
“Pengalaman sebagai Imam Besar Mesjid Istiqlal menjadi rumah bersama bagi semua. Saya kira tidak mudah bagi pemerintah baru untuk mengelola negeri kita yang besar ini di tengah tantangan global sebagai akibat perlambatan ekonomi dan konflik geopolitik yang terjadi. Olehnya kita semua harus bersatu mendukung pemerintahan baru ini, apapun pilihan politik kita di masa Pemilu lalu,” katanya.
PGI bersama gereja-gereja di Indonesia, sebagai bagian integral dari bangsa ini, terpanggil berpartisipasi aktif secara positif, kritis, kreatif dan realistis sebagai mitra strategis dan kritis pemerintah.
Pada kesempatan itu, Ketum PGI juga menyampaikan rasa syukur atas semangat oikoumenis kita belakangan ini yang makin menggeliat. Hal itu ditandai dengan cukup banyaknya inisiatif-inisiatif lokal yang mengimplementasikan pergumulan oikoumenis kita, termasuk dalam menyikapi tiga krisis, kebangsaan, ekologis dan keesaan, dan tantangan perubahan masyarakat akibat budaya digital.
Bersukacita pula karena gereja-gereja makin terbuka satu sama lain. Namun tidak bisa dipungkiri masih terdapatnya gereja yang hidup bagaikan di getho, yang hanya hidup untuk dirinya sendiri, dan cenderung mengabaikan realitas yang mengitarinya.
Apalagi ternyata, cukup menggejala hidup peribadahan kita yang begitu marak, nyaris tak mampu menyentuh pergumulan nyata warga jemaat.
Atas dasar itulah, lanjutnya, melalui momentum Sidang Raya ini, yang mengajak kita untuk hidup sebagai terang yang membuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran.
Di tengah dunia post truth sekarang ini, kita makin sulit menemukan dan memahami kebenaran, karena sering “kebenaran” dipabrikasi dan dikendalikan untuk maksud-maksud tertentu, dan kebaikan dan keadilan bisa menjadi sumir. Dengan membuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaranlah kita menaati panggilan oikoumenis kita untuk menjadi terang.
Pembukaan sidang rutin setiap limatahunan ini, berlangsung di kawasan Kete Kesu, Kecamatan Kesu, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, pada hari Jumat (8/11/2024) siang.
Sekitar 5.000 peserta dan tamu undangan dari berbagai kalangan, termasuk pejabat dari Pemerintah Provinsi Sulsel, Pemerintah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara, anggota DPR di tingkat kabupaten, provinsi, hingga pusat, serta masyarakat, turut mengikuti acara pembukaan.
Tarian massal Pagelu, tarian penyambutan khas Toraja mengawali prosesi pembukaan, disusul pembawaan bendera merah-putih dan defile anak-anak dan remaja membawa papan nama masing-masing gereja anggota PGI, bersamaan dengan drama tentang tantangan gereja di tengah dunia.
Sekitar 1.000 orang anak-anak dan remaja dilibatkan dalam prosesi ini. Giliran barisan para pendeta Gereja Toraja dipimpin Ketua BPS Gereja Toraja Pdt. Alfred Anggui bergerak menuju mimbar untuk memulai ibadah pembukaan.
Editor : Sabar Subekti
Kenali Gejala Lupus
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi imunologi klinik Univers...