Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:48 WIB | Selasa, 12 Juli 2016

Singapura Siap Hadapi Perubahan Iklim

Presiden Singapura Dr Tony Tan Keng Yam (kedua sebelah kiri) pada pembukaan Pertemuan Tingkat Tinggi Kota, Singapura Pekan Air Internasional dan Clean Enviro Summit Singapura, bersama (dari kiri) Menteri Pembangunan Nasional Lawrence Wong, Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Air Masagos Zulkifli, Menteri Kebudayaan, Masyarakat dan Pemuda Rahmat Fu, Dr Johnny Wong, Direktur Building and Research Institute group, dan CEO HDB Cheong Koon Hean. (Foto: straitstimes.com/Lau Fook Kong)

SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM - Singapura akan membangun bandara barunya lebih tinggi dari negara kota tersebut, dan sudah mendirikan pemecah ombak di sepanjang garis pantainya, untuk memerangi perubahan iklim.

Terminal kelima Bandara Changi akan dibangun 5,5 meter di atas permukaan laut, kata pemerintah dalam sebuah laporan perubahan iklim yang dirilis pada akhir pekan.

Sejak 2011, pemerintah mewajibkan seluruh reklamasi lahan baru setidaknya empat meter lebih tinggi dari permukaan laut, naik dari sebelumnya tiga meter, menurut laporan itu, dan jalan-jalan di dekat daerah pesisir sudah ditinggikan.

“Kami sangat rentan terhadap dampak dan perubahan iklim dan variabilitas,” menurut laporan itu, dan menambahkan, Singapura adalah pulau tropis dataran rendah.

“Perubahan iklim bisa menimbulkan tantangan berat, dengan Bandara Changi menghadapi risiko banjir, dan curah hujan lebih tinggi dan naiknya permukaan laut,” kata laporan itu, seperti dikutip dari AFP.

Laporan itu juga mengatakan, secara terperinci langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk memerangi perubahan iklim itu termasuk mengelilingi sekitar 70 persen garis pantainya dengan pemecah ombak dan lereng batu untuk mencegah erosi.

Rencana itu diuraikan dalam dua buku, berjudul sama, Climate Action Plan, yang diumumkan Presiden Singapura Dr Tony Tan Keng Yam pada upacara pembukaan Pertemuan Tingkat Tinggi Kota, Singapura Pekan Air Internasional dan Clean Enviro Summit Singapura di Marina Bay Sands, pada Senin (11/7), seperti dikutip dari straitstimes.com.

Singapura yang telah menandatangani perjanjian Paris tentang perubahan iklim pada bulan April, bertujuan untuk mengurangi intensitas emisi sebesar 36 persen dari tahun 2005 pada tahun 2030, dan menstabilkan emisi dengan tujuan akhir sekitar 2030.

Proposal dalam Climate Action Plan Singapura itu, antara lain:

-Melakukan investasi dalam teknologi rendah karbon, mengembangkan energi baru untuk mengoptimalkan sumber daya dan pemulihan energi.

-Melakukan studi adaptasi pantai, untuk lebih melindungi wilayah pesisir dalam jangka panjang. Mempelajari kelayakan drainase dan waduk bawah tanah sistem yang inovatif.

-Membuat indeks probabilitas api untuk membantu pihak berwenang menangani lebih efisien kebakaran semak.

-Mengembangkan indeks panas dan petunjuk kepada masyarakat bila melakukan kegiatan di luar ruangan. Meninjau ketahanan infrastruktur terhadap banjir dan perubahan suhu.

-Mempelajari dampak suhu yang lebih tinggi dan angin kencang pada bangunan.

"Climate Action Plan menguraikan langkah-langkah berani Singapura untuk mencapai rencana mitigasi karbon 2030, serta untuk memperkuat ketahanan kita terhadap perubahan iklim," kata Dr Tan.

Wakil Perdana Menteri Teo Chee Hean, yang memimpin Menteri Inter Komite Perubahan Iklim, mengatakan ia berharap lebih banyak orang dapat berperan dalam upaya itu.

"Tujuan kami membangun Singapura dengan mengurangi emisi karbon, dan memiliki ketahanan dalam menghadapi perubahan  iklim, yang dapat dicapai apabila masyarakat dan pengusaha bekerja sama dengan pemerintah, membuat gaya hidup yang ramah lingkungan."

 

 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home