Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 16:57 WIB | Minggu, 23 Agustus 2015

Sistem Logistik Indonesia Masih Buruk

Peresmian Depo Bapok Kita di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur, Senin (10/8). (Foto: Dok. satuharapan.com/Diah A.R)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai harga-harga barang kebutuhan pokok dan hasil pertanian di Indonesia masih terbilang mahal dan tidak memiliki daya saing. Menurutnya, ini karena sistem pengaturan logistik yang masih belum tertata dengan baik.

"Kita sering merasa aneh, mengapa produk pertanian kita kurang bersaing karena harga beras di Malaysia itu lebih murah dari kita. Mengapa harga daging di Malaysia, Singapura itu Rp 50.000-Rp 60.000, tapi di sini mahal?" kata Darmin saat berkunjung ke Kawasan Pelabuhan dan Industri Terpadu Jawa di Gresik (JIIPE), Jawa Timur, Minggu (23/8).

"Sebelum naik (harga daging) di kita harganya juga sudah tinggi, ini berarti ada masalah. Tapi kenapa di sini mahal? Sebenarnya, yang kita tidak punya itu adalah sistem logistik yang baik.”

Menurutnya, dengan adanya kawasan pelabuhan dan industri yang terintegrasi bisa memperbaiki sistem logistik yang buruk dan diharapkan semua pihak yang berkepentingan bisa ikut memberikan kontribusi dalam perbaikan sistem tersebut.

"Jadi sistemnya yang masuk duluan, keluar duluan. Biar tidak ada itu beras lama tapi yang dikeluarkan duluan justru yang baru masuk, rusak itu beras," katanya.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani, dalam kesempatan yang sama, mengatakan pemerintah fokus untuk memperbaiki sistem logistik nasional.

Menurut dia, pembangunan kawasan industri yang terintegrasi dengan infrastruktur dasar seperti pelabuhan, pembangkit listrik, jalan tol hingga kereta api menjadi salah satu keunggulan dalam upaya peningkatan daya saing.

"Kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan potensial dikembangkan sebagai pusat logistik. Itu membuat biaya logistik lebih efisien," katanya.

JIIPE merupakan proyek kerja sama pemerintah-swasta sejak 2012, yakni antara PT AKR Coprorindo Tbk dan PT Pelindo III.

Kawasan seluas 2.933 Hektare itu dilengkapi pelabuhan laut dalam seluas 406 Hektare dan kawasan hunian seluas 766 Hektare. Rencananya, kawasan tersebut akan dilengkapi pula dengan pembangkit listrik serta terminal penerima gas alam cair. (Ant)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home