Loading...
EKONOMI
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:53 WIB | Kamis, 12 Juni 2014

SKK Migas Jamin Pasokan Gas untuk Smelter

Pabrik pemurnian atau peleburan (smelter).(Ilustrasi Foto: antaranews.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi menjamin ketersediaan pasokan gas bagi instalasi pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) untuk  17 investor, yang sudah mengajukan proposal pembangunan smelter ke Kementerian Perindustrian.

"Alokasinya masih cukup tersedia. Jika smelter minta, yang (alokasi) ekspor kita turunkan," ujar Manajer Senior Komunikasi dan Protokol Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Zudalfi Rafdi setelah diskusi "Kesiapan Gas untuk Smelter di Daerah" di Jakarta, Rabu(11/6).

Dia mengatakan, dari kapasitas produksi gas sebanyak  7.900 standar juta kaki kubik per hari (MMSCFD) pada 2014,  sebanyak 4.000 MMSCFD dialokasikan untuk ekspor. Namun, daya jual ekspor, kata dia, cenderung lemah, sehingga menyebabkan banyak gas yang belum terjual.  

Maka dari itu, jika terdapat permintaan gas untuk smelter, ujar dia, alokasi ekspor diturunkan.  "Masih banyak belasan kargo untuk ekspor yang belum ada pembelinya," kata dia.

DIa merekomendasikan, jika investor ingin membangun smelter dekat dengan sumber gas, maka wilayah Indonesia Timur dapat menjadi pilihan.

Di wilayah Indonesia Timur,  terdapat tiga wilayah yang menyimpan cadangan gas bumi, yakni Papua sebesar 23,46 triliun standar kubik (TSCF) dari total cadangan nasional sebesar 149, 98 TSCF. Kemudian di wilayah Lombok 15,21 TSCF dan Sulawesi 2,56 TSCF. Selain itu, gas juga dapat dipasok dari Kalimantan, yang menyimpan sekitar 14 TSCF.

Jika investor ingin membangun smelter dekat dengan sumber mineral, maka pembangunan infrastruktur gas alam cair harus dikedepankan.

“Namun, dengan tersedianya penyimpanan dan regasifikasi terapung (FSRU) gas, , biaya pengiriman gas tidak akan membebani industri pengguna gas. “ katanya  dia

"Misalnya dari sumber gas Papua ke kawasan industri Bantaeng, biayanya kira-kira empat dollar AS per MMSFCD jika kebutuhannya 30 MMSFCD, biaya yang harus dikeluarkan 120 dollar AS. Cukup kompetitif," ujar dia.

Menurut Direktur Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah II Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kemenperin Achmad Sigit  Dwiwahjono, satu unit smelter membutuhkan pasokan gas 30 hingga 40 standar juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dengan daya listrik yang dihasilkan 250 mega watt.

Pasokan gas tersebut, selain untuk pembangkit listrik, juga digunakan untuk produksi ore menjadi bahan mineral.

"Salah satunya sudah merealisasikan investasinya di Morowali.  Proses pembangunan yang sudah mencapai 40 persen," ujar Sigit, yang enggan menjelaskan mengenai 16 investor lainnya. (Ant)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home