Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:12 WIB | Sabtu, 03 Desember 2016

Software Bantu Pengidap Autisme Kenali Emosi

Ilustrasi: Terapi autis pada anak. (Foto: anakautis.org)

BERLIN, SATUHARAPAN.COM - Pengidap autisme sering kesulitan berinteraksi secara sosial. Mereka kesulitan menangkap perubahan ekspresi wajah orang lain. llmuwan mengembangkan peranti lunak yang membantu deteksi perubahan emosi lawan bicaranya.

Pengidap autism, tidak bisa membaca ekspresi wajah orang lain. Ini menyulitkan mereka untuk bisa memberikan reaksi emosional kepada lawan bicara. Sering kali pengidap autisme merasa terisolasi dan kesepian.

Di Universitas Humboldt Berlin, ilmuwan meneliti cara mengajarkan seseorang untuk menerjemahkan ekspresi secara benar. Bersama timnya, Isabel Dziobek mengembangkan metode yang bisa diterapkan pengidap autisme untuk bisa bereaksi secara instingtif.

"Harapan saya adalah membantu pengidap autisme, baik anak-anak maupun dewasa, agar bisa menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih baik. Bisa berinteraksi dengan orang lain adalah aspek yang sangat penting. Tidak hanya bagi kehidupan sosial, tetapi juga di dunia kerja. Bagi saya sangatlah penting untuk bisa mengerti ekspresi orang lain."

Tim Dziobek mengembangkan software yang memungkinkan pengidap autisme untuk melatih cara mengenali emosi. Rekaman video menunjukkan 40 ekspresi wajah yang berbeda. Seperti apa ekspresi wajah saat sedih, frustasi, atau bahagia? Perubahan kecil itu ditampilkan dalam ribuan ekspresi yang harus dipelajari oleh pengidap autisme.

Pada latihan, mereka harus menyusun kombinasi yang benar antara ekspresi mata dan mulut. Sehingga, pengidap autisme bisa memahami korespondensi gerakan individual dengan kondisi emosional seseorang.

"Pada studi awal kami menemukan, pengidap autisme cenderung tidak menatap mata saat lawan bicara dan menunjukkan perasaannya. Padahal mata sangatlah penting jika ingin bisa membaca ekspresi seseorang."

Karena itulah, para ilmuwan mengajarkan pasien mengarahkan pandangan saat berbicara dengan orang lain. Latihan tiga jam dalam seminggu cukup untuk memperbaiki kemampuan interpretasi mimik wajah. Isabel Dziobek juga menemukan, kemampuan ini menggambarkan aktivitas otak yang bisa diukur, serta bagian otak mana yang bertanggung jawab untuk itu.

Saat terbaik untuk menstimulasi otak adalah pada masa kanak-kanak. Program buatan Simone Kirst dirancang untuk membantu interaksi sosial anak-anak pengidap autisme. Mereka juga memiliki perasaan, namun tidak mampu mengungkapkannya.

Lutz mengidap sindrom Asperger, gejala autisme yang penderitanya sulit berkomunikasi dengan lingkungannya. Ia pergi ke sekolah biasa dan kecerdasannya di atas rata-rata, namun sulit mendapat teman. Ibu Lutz, Katja Wusowski bercerita, ia sama sekali tidak kesulitan dengan pelajaran di sekolah. Masalahnya di jam istirahat, bagi Lutz, istirahat berarti otaknya tidak harus berpikir dan ia tidak tahu apa yang bisa ia lakukan. Akibatnya, ia berlari di dalam kelas dan mulai memprovokasi murid lain supaya mendapat perhatian.

Pada program untuk dewasa diutamakan latihan mengenali berbagai ekspresi wajah. Anak-anak juga harus belajar bereaksi dengan benar sesuai dengan emosi yang ditunjukkan orang lain. Lutz sudah bertahun-tahun menjalani latihan ini. Kemajuannya terlihat jelas.

"Tidak mudah dengan Lutz. Kadang saya menangis dan ia tertawa. Sekarang kalau saya menangis, ia mengambilkan saya tisu. Memang ia tetap menganggapnya lucu, tapi ia tahu saya sedang sedih dan berusaha bereaksi dengan benar," kata Wusowski.

Orang biasa, juga bisa menggunakan software ini untuk melatih sisi empatinya. Mereka yang bisa menginterpretasi emosi orang lain secara benar, dapat memiliki basis penting untuk kehidupan sosial dan kerja yang sukses.

Zat Paling Berbahaya di Dunia Bagi Otak

-Pestisida

Pestisida organofosfat, digunakan dalam pertanian dan perkebunan, untuk membasmi hama tanaman. Udara yang tercemar pestisida, jika dihirup dalam jangka panjang bisa merusak sistem saraf otak, dan menyebabkan parkinson.

Paparan pestisida pada ibu hamil berpotensi mengganggu struktur otak janin yang berpengaruh pada kecerdasan. Pastikan kebersihan bahan makanan sebelum dikonsumsi.

-PBDE

Paparan senyawa Polybrominated diphenyl ether (PBDE), yang digunakan untuk produk tahan api, termasuk tekstil, furnitur, atau karpet, bisa menurunkan kecerdasan anak dan memicu hiperaktivitas. Senyawa retardan tersebut, menguap dan menyebar lalu mengendap dalam tubuh manusia. PBDE yang terakumulasi dalam tubuh manusia dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan otak dan saraf.

-Polusi udara

Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH) dari emisi gas buang kendaraan, pembakaran batu bara, atau asap rokok, merupakan racun polusi udara. Anak yang memiliki tingkat kadar PAH tinggi kemungkinan bisa menderita depresi, kecemasan berlebihan dan sukar berkonsentrasi. Kemungkinan lainnya adalah anak yang memiliki tingkat PAH tinggi tingkat IQ-nya juga cenderung lebih rendah.

-Timbal

Timbal (Pb), lazimnya digunakan dalam industri baterai, karet, kabel, zat pewarna atau cat, sebagai imbuhan zat anti "knocking" pada bensin, solder atau penyambung pipa air tahan korosi.

Perempuan hamil, yang pada tulangnya terakumulasi cemaran timbal, dapat memicu gangguan pertumbuhan otak pada anak yang dikandung. Timbal dapat menurunkan tingkat kecerdasan.

-Merkuri

Merkuri, sering digunakan dalam krim pemutih atau krim antiseptik dan juga di pertambangan emas tradisional. Penggunaan merkuri dapat memicu cacat pada janin, mengganggu saluran darah ke otak, bahkan menyebabkan kerusakan otak permanen seperti kasus Minamata. Kini penggunaan merkuri di seluruh dunia sangat dibatasi.

-PCB

Polychlorinated biphenyls (PCB), mengubah cara sel-sel otak berkembang. PCB digunakan dalam berbagai macam komponen elektronik dan pestisida. PCB menjadi salah satu penyebab beragam gangguan perkembangan saraf, termasuk ADHD, ketidakmampuan belajar, defisit sensorik, keterlambatan perkembangan dan retardasi mental. (dw.com)

 

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home