Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:40 WIB | Selasa, 01 November 2016

Spanyol akan Menjadi Gurun pada Tahun 2100

Ilustrasi: Berdasarkan penelitian Spanyol selatan, seperti Malaga, bisa menjadi gurun tahun 2100 jika pemanasan global terus berlanjut, (Foto: newsmax.com/Aleksandar Todorovic)

PRANCIS, SATUHARAPAN.COM - Sebuah penelitian mengenai perubahan iklim, yang dilakukan oleh para peneliti di Aix-Marseille University Prancis, memprediksi bahwa daerah Eropa yang selatan berbatasan Mediterania, terutama Spanyol selatan, dapat dengan cepat berubah menjadi gurun pada tahun 2100, karena emisi gas rumah kaca. “Akan terjadi  perubahan Mediterania ke keadaan belum pernah terjadi sebelumnya dalam 10.000 tahun terakhir, apabila pengurangan emisi karbon ditentang,” kata Joel Guiot dan Wolfgang Crame.

Penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Science, melihat apa yang akan terjadi pada vegetasi di cekungan Mediterania di masa depan. Skenario terburuk diasumsikan tidak ada langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi emisi karbon. Skenario kasus terbaik mengasumsikan tindakan diantisipasi oleh perjanjian iklim pada Konferensi Perubahan Iklim PBB 2015 atau COP 21 di Paris, Desember lalu, diberlakukan.

Dengan asumsi apabila tidak ada tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi peningkatan emisi, diprediksikan akan terjadi kenaikan suhu hingga mencapai  hampir 5 derajat celsius pada tahun 2100. Itu adalah kenaikan mengejutkan yang secara signifikan akan mengubah pola vegetasi di dalam dan sekitar Mediterania, yang akan memperluas gurun ke arah selatan Spanyol dan Sisilia, menyebabkan vegetasi hutan di Mediterania akan menjadi gundul.

Bahkan jika perjanjian emisi di Paris diajukan, Eropa selatan masih akan tetap mengalami perluasan gurun akibat perubahan iklim. Tingkat perubahan iklim akan menghancurkan ekosistem di kawasan itu sejak zaman Holosen yang dimulai lebih dari 10.000 tahun yang lalu.

"Wilayah Mediterania sangat sensitif terhadap perubahan iklim, mungkin lebih daripada daerah lain di dunia," kata pemimpin penulis Joel Guiot dari Aix-Universitas Marseille.

Dampak nyata dari perubahan iklim terhadap ekosistem Mediterania, yang dianggap sebagai pusat keanekaragaman hayati bisa lebih buruk, karena studi ini tidak melihat dampak perilaku manusia lainnya.

"Deforestasi sebagai dampak dari perilaku manusia, yang mengubah hutan menjadi tanah pertanian dan sebagainya. Manusia mengubah tutupan vegetasi dan kelembaban di dalam tanah, dan akan menyebabkan kekeringan yang akan lebih buruk,” kata Guiot.

"Pesan utama adalah kita harus benar-benar mempertahankan suhu kurang dari 1,5 derajat celsius," kata Guiot. "Untuk itu, kita perlu mengurangi emisi gas rumah kaca dengan sangat cepat, dan mulai menurun sekarang, dan tidak pada tahun 2020, dan tiba di nol emisi pada tahun 2050 dan tidak pada akhir abad ini,” katanya. (planetsave.com)

 

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home