Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben Ezer Siadari 15:39 WIB | Rabu, 20 Mei 2015

Sri Mulyani Serukan Perlunya Bank Dunia Berubah

Mantan Menteri Kuangan Sri Mulyani Indrawati (Foto: Antara)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Ketika Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim  mengunjungi Jakarta hari ini (20/5), Managing Director lembaga multilateral itu yang berasal dari Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, berpidato di sebuah pertemuan prestisius di Washington, yaitu Pertemuan Tahunan Komite Bretton Woods yang beranggotakan tokoh politik, ekonomi dan keuangan dunia.

Dalam pidatonya, Sri Mulyani menggambarkan tantangan dunia yang berubah dan oleh karena itu Bank Dunia juga harus berubah. “...di dunia yang terus berubah kita harus berubah juga,” kata Sri Mulyani.

Menurut dia, dalam memberantas kemiskinan, Bank Dunia tidak lagi dapat melakukannya hanya dengan bantuan pemerintah tradisional. “Sementara itu tetap penting, dibutuhkan sektor swasta dan sumber daya dalam negeri untuk memobilisasi dana dan pengetahuan yang kita butuhkan untuk mewujudkannya,” kata mantan menteri keuangan dan menko perekonomian Indonesia itu.

Ia mengatakan dibutuhkan kerja sama internasional melalui lembaga-lembaga seperti Bank Dunia untuk dapat mengatasi berbagai tantangan global. “Banyak masalah yang menyebabkan kemiskinan tidak mengenal batas.  Arus modal dan harga komoditas yang bergejolak, penyakit-penyakit seperti Ebola, cuaca yang berbahaya, pencucian uang, korupsi, konflik dan pengungsi seperti yang saat ini kita saksikan di Mediterania dan di pantai Indonesia dan Thailand -- tidak ada dari masalah-masalah ini yang dapat diselesaikan oleh satu negara," kata dia.

“Bank Dunia adalah organisasi yang paling multilateral yang kita miliki. Bagi para pemegang saham kami, termasuk tentu saja pemegang saham terbesar, AS, Bank Dunia adalah badan di mana mereka bersama-sama mempromosikan tata pemerintahan yang baik, prinsip global yang sehat dan kemakmuran kolektif bersama.”

“Perkembangan dan kemajuan tidak hanya baik untuk satu negara tapi barang publik global untuk seluruh wilayah dan menguntungkan bagi komunitas global."

"Kemampuan Bank Dunia untuk mempengaruhi cara negara-negara mencapai pertumbuhan ekonomi, memerangi kemiskinan, mempromosikan kemakmuran bersama dan melindungi lingkungan, tergantung pada kekuatan keuangan kita, pengetahuan kita, rakyat kita - tetapi juga kredibilitas kita sebagai mitra  untuk memecahkan masalah-masalah sulit dan isu-isu pembangunan yang kompleks."

"Apakah itu dengan kita mempromosikan dan memfasilitasi perdagangan dan integrasi regional di negara-negara tak berpantai seperti Uganda dan Rwanda, di mana saya pernah mengunjungi, atau ketika kita bekerja di Haiti untuk membangun kembali setelah gempa, dan Amerika Latin untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing. Atau membantu Nigeria untuk meningkatkan tata kelola dan iklim investasi untuk mempromosikan pembangunan sektor yang lebih pribadi."

"Atau seperti di negara saya sendiri, Indonesia, di mana Bank Dunia mendukung desain jaring pengaman sehingga kita bisa merombak subsidi BBM mahal tanpa merugikan orang-orang miskin. Juga melalui kerjasama dengan pemain baru seperti Bank Investasi Infrastruktur Asia untuk membantu merancang standar praktik mereka."

Pendeknya, menurut Sri Mulyani, Bank Dunia hanya dapat memainkan peran kunci dan membuat perbedaan bila prioritas Bank Dunia sejalan dengan prioritas kliennya dan prioritas para pemegang saham.

Sebelumnya, Sri Mulyani mengingatkan dua tantangan besar yang dihadapi dunia. Pertama adalah kemiskinan yang masih tetap menjadi masalah utama. Walau negara-negara berpendapatan menengah telah berhasil mengurangi kemiskinan, 73 persen orang miskin masih berada di negara-negara berpendapatan menengah.

Tantangan kedua, menurut dia, adalah berbagai risiko global baru yang bisa merugikan negara-negara sedang berkembang. Gejolak arus modal global yang sewaktu-waktu dapat berbalik arah selalu mengancam ekonomi negara-negara sedang berkembang. Perlambatan ekonomi Tiongkok, menurut Sri Mulyani, telah membuat sejumlah negara yang sangat tergantung pada ekspor komoditas mentah mengalami kesulitan ekonomi, seperti  Angola, Kambija dan Kazakhstan.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home