Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 05:06 WIB | Kamis, 15 Oktober 2020

Studi: Kelembaban Udara Pengaruhi Penyebaran Virus Corona

Virus corona. (Foto ilustrasi: dok. Ist.)

TOKYO, SATUHARAPAN.COM-Sebuah superkomputer Jepang menunjukkan bahwa kelembapan udara dapat berpengaruh besar pada penyebaran partikel virus, menunjuk pada peningkatan risiko penularan virus corona dalam kondisi kering dan dalam ruangan selama bulan-bulan musim dingin.

Penemuan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan humidifier dapat membantu membatasi infeksi selama ventilasi jendela tidak memungkinkan, menurut sebuah penelitian yang dirilis pada hari Selasa (13/10) oleh raksasa penelitian Riken dan Kobe University.

Para peneliti menggunakan superkomputer Fugaku untuk memodelkan emisi dan aliran partikel mirip virus dari orang yang terinfeksi di berbagai lingkungan dalam ruangan.

Kelembaban udara yang lebih rendah dari 30% menghasilkan lebih dari dua kali lipat jumlah partikel aerosol dibandingkan dengan tingkat 60% atau lebih tinggi, menurut yang ditunjukkan dalam simulasi.

Studi tersebut juga menunjukkan bahwa pelindung wajah bening tidak seefektif masker dalam mencegah penyebaran aerosol. Penemuan lain menunjukkan bahwa pengunjung lebih berisiko dari orang-orang yang berada di sisinya dibandingkan dengan di seberang meja. Penelitian itu juga menyarankan jumlah penyanyi dalam paduan suara harus dibatasi dan diberi jarak.

Ada konsensus yang berkembang di antara para ahli kesehatan bahwa virus COVID-19 dapat menyebar melalui udara. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat merevisi panduannya bulan ini untuk mengatakan patogen dapat bertahan di udara selama berjam-jam.

Tim peneliti Riken yang dipimpin oleh Makoto Tsubokura sebelumnya telah menggunakan superkomputer Fugaku untuk membuat model kondisi penularan di kereta, ruang kerja, dan ruang kelas. Khususnya, simulasi menunjukkan bahwa membuka jendela di kereta komuter dapat meningkatkan ventilasi dua hingga tiga kali lipat, menurunkan konsentrasi mikroba di sekitarnya.

“Ada ketakutan membabi buta atau kepercayaan yang tidak berdasar terhadap infeksi COVID-19 hanya karena virus itu tidak terlihat,” kata Tsubokura. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home