Loading...
INDONESIA
Penulis: Dewasasri M Wardani 16:36 WIB | Sabtu, 11 April 2020

Survei Persepsi Masyarakat Mobilitas danTransportasi Pandemi COVID-19

Survei persepsi masyarakat mobilitas dan transportasi pandemi COVID-19. (Foto: lipi.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Untuk mencegah meluasnya penyebaran COVID-19 di Indonesia, pemerintah meminta masyarakat untuk tidak melakukan perjalanan baik dalam maupun luar kota.

Hal ini tentu menimbulkan polemik di kalangan masyarakat, terlebih dekatnya momentum Idul Fitri pada Mei mendatang yang identik dengan budaya mudik. Saat ini pemerintah telah membatalkan program mudik gratis; melarang ASN, pegawai BUMN, dan anggota TNI-Polri untuk mudik; juga merevisi kembali ketentuan cuti bersama Lebaran.

Untuk mendalami dampak sosial ini, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Politeknik Statistika Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, serta Jurnalis Bencana dan Krisis Indonesia melakukan survei Persepsi Masyarakat terhadap Mobilitas dan Transportasi.

Survei ini melibatkan masyarakat umum dengan total responden sejumlah 3.853 orang dengan rentang usia 15–60 tahun ke atas dan persentasi jenis kelaim perempuan dan laki-laki yang berimbang.

Dari jumlah tersebut, 24,81 persen responden berusia 15-20 tahun, 29,92 persen berusia 21-30 tahun, 22,32 persen berusia 31-40 tahun, 14,79 persen berusia 41-50 tahun, 7,09 persen berusia 50-60 tahun, dan hanya 41 orang atau 1,06 persen responden berusia di atas 60 tahun. Sebagian besar responden yang merupakan pekerja dan pelajar bekerja didominasi oleh responden yang berasal dari Pulau Jawa.

Berdasarkan latar belakang pendidikan, survei diikuti oleh responden yang berpendidikan mulai dari SMP hingga pascasarjana. Sebagian besar responden berpendidikan tinggi diploma ke atas yaitu 61,39 persen (2365 orang), 37,61 persen responden berpendidikan SMA dan hanya 1,01 persen berpendidikan SMP.

Temuan Survei

Hasil analisis data menunjukkan secara keseluruhan latar belakang pendidikan, jenis kelamin dan kegiatan responden tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan untuk mudik ataupun tidak.

Dari hasil survei, sebesar 56,22 persen responden menjawab tidak akan mudik termasuk di dalamnya 20, 98 persen masih dalam tahap berencana untuk membatalkan mudik. Meskipun demikian, persentase masyarakat yang mudik dinilai masih tinggi di angka 43,78 persen.

Sebagian besar responden tidak mudik disebabkan oleh kegiatan sekolah dan wirausaha. Sementara itu, 69,06 persen responden memutuskan untuk mudik terkait dengan keperluan Idul Fitri dan akan berangkat pada waktu cuti bersama Idul Fitri dan setelah Idul Fitri.

Pilihan moda transportasi yang utama adalah mobil pribadi (42,86 persen), pesawat (29,22 persen), dan kereta api (12,86 persen).

Survei ini juga menggali pergerakan rencana mudik para responden yang menunjukkan pergerakan mudik terbesar berasal dari Jawa Barat (22,94 persen), DKI Jakarta (18,14 persen), Jawa Timur (10,55 persen), Jawa Tengah (10,02persen), dan Banten (4,68 persen).

Di DKI Jakarta sendiri terjadi pergerakan ke hampir seluruh provinsi di Indonesia. Pergerakan terbesar menuju Jawa Tengah, yakni sebesar 24,18 persen. Berikutnya 16,01 persen menuju Provinsi Jawa Timur, 14,71 persen menuju Jawa Barat, 7,52 persen menuju DI Yogyakarta, dan 4,58 persen menuju Sumatera Utara.

Meskipun 98,05 persen responden mengetahui kelompok yang rentan COVID-19 dan orang sehat dapat menjadi carrier jika melakukan mudik, survei menunjukkan hanya 32,07 persen mengaku sangat khawatir akan menularkan COVID-19.

Sebanyak 10,25 persen responden mengaku tidak khawatir dan tetap berencana mudik dengan alasan merasa sehat, dan mengetahui kondisi kampung baik-baik saja. Mereka kebanyakan berpendidikan tinggi sarjana, pascasarjana dan SMA.

Rekomendasi Survei

Di sisi lain, responden menyadari perlunya upaya-upaya pengurangan risiko. Berdasarkan survei, responden yang memutuskan untuk mudik akan melakukan upaya pengurangan risiko penularan melalui tindakan mencuci tangan baik selama perjalanan maupun di kampung halaman (37,58 persen), mengurangi kontak fisik seperti bersalam-salaman (36,02 persen), menjaga jarak fisik saat berkomunikasi langsung (34,31 persen), memakai masker sepanjang waktu (31,82 persen), serta tidak mengadakan acara silahturahmi dalam skala besar (30,96 persen).

Gambaran ini bersifat perkiraan perilaku responden pada saat rentang survei dilaksanakan. Realisasi ke depan sangat dimungkinkan terjadi adanya perubahan.

Seperti halnya karena adanya pembatalan rencana mudik/ke luar kota sebagai upaya pengurangan risiko penularan. Kemungkinan ini dipotret melalui responden yang menjawab upaya pengurangan risiko lainnya yang 20,98 persen di antara yang melakukan upaya lainnya untuk mengurangi risiko penularan adalah melakukan pembatalan rencana mudik.

Tim survei merekomendasikan, perlunya kampanye mengubah rencana masyarakat untuk tidak mudik Idul Fitri, sebagai upaya mengurangi risiko penularan COVID-19.

Selain itu, antisipasi pelaksanaan mudik pun harus dilakukan seperti pengaturan dan antisipasi pergerakan masyarakat, dari provinsi asal menuju provinsi dan kabupaten atau kota tujuan mudik, sekaligus pengaturan moda transportasi yang akan digunakan oleh masyarakat untuk mudik. (lipi.go.id)

 

 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home