Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 09:48 WIB | Jumat, 09 Januari 2015

Sutradara Angga Dwimas Bagi Pengetahuan Kopi kepada Penonton

Sutradara Angga Dwimas Bagi Pengetahuan Kopi kepada Penonton
Chicco Jerikho (kiri), Rio Dewanto (tengah), Julie Estelle (kanan) saat konferensi pers 'Filosofi Kopi' di Kuningan City Mall pada Jumat (9/1). (Foto-foto: Francisca Christy Rosana)
Sutradara Angga Dwimas Bagi Pengetahuan Kopi kepada Penonton
Angga Dwimas Sasongko, sutradara film Filosofi Kopi.
Sutradara Angga Dwimas Bagi Pengetahuan Kopi kepada Penonton
Rio Dewanto berperan sebagai Jody dalam Filosofi Kopi.
Sutradara Angga Dwimas Bagi Pengetahuan Kopi kepada Penonton
Chicco Jerikho berperan sebagai Ben dalam Filosofi Kopi.
Sutradara Angga Dwimas Bagi Pengetahuan Kopi kepada Penonton
Jule Estelle berperan sebagai El dalam Filosofi Kopi.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sutradara muda Angga Dwimas Sasongko ingin menghadirkan pengetahuan kopi kepada masyarakat Indonesia dalam proyek film terbarunya, yang diangkat dari cerita pendek karya Dewi Lestari berjudul Filosofi Kopi.

“Indonesia adalah negara penghasil biji-biji kopi terbaik dunia dan produsen terbesar ketiga di dunia Kami berusaha menghadirkan dunia kopi yang buat kami sangat menyenangkan, sangat menarik sehingga kopi layak diapresiasi,” katanya saat konferensi pers di Kuningan City Mall, Jakarta pada Kamis (8/1) sore.

Menurutnya, film ini adalah kisah perjalanan mencari kopi terbaik. Jadi, apa yang dilakukan tokoh utama bernama Ben dalam cerita secara tidak langsung juga akan mengeksplorasi biji-biji kopi terbaik di Indonesia.

“Nanti juga akan ada adegan lelang kopi yang mungkin penonton belum pernah terbayang. Di film akan terlihat pengetahuan kopi yang dibagi,” ujarnya.

Film ini, lanjut Angga, ingin meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kopi Indonesia dan elemen-elemen di dalam pembuatannya.

Keterlibatan Dewi Dee Lestari

Dewi Lestari atau yang akrab disapa Dee, penulis cerita pendek Filosofi Kopi diakui Angga akan banyak terlibat dalam pembuatan film ini.

“Mulai dua tahun lalu saya dan Dee telah menulis ceritanya bersama dan sampai tadi malam pun Dee ikut big reading para tokoh. Dee sangat antusias untuk terlibat dalam film ini. Kami berusaha untuk membuat penonton balik lagi ke bioskop dan menonton film Indonesia,” ujar Angga saat ditemui satuharapan.com seusai konferensi pers.

Dee dan kru film juga menggandeng penulis skenario Jenny Yusuf untuk memvisualisasikan naskah cerpen ke dalam film.

“Ini adalah skenario pertama Jenny untuk layar lebar. Biasanya dia menulis untuk televisi dan penulis buku,” kata Angga.

Angga dan Dee dalam proyek barunya ini berusaha membuat film bisa dinikmati oleh semua kalangan.

Tantangan Adaptasi Cerpen

Mengadaptasi cerita pendek menjadi sebuah film menurut Angga merupakan tantangan tersendiri. “Dari cerpen ke film, ada proses pemindahan media dari tulisan ke gambar. Media film punya teknik dan karakternya sendiri, novel atau cerpen pun begitu,” kata Angga.

Menurut Angga, penonton dan pembaca pun juga merupakan dua karakter yang berbeda.

“Jadi tekniknya saya menggunakan teknik film making beserta teori-teorinya. Itu sebuah proses kreatif yang longgar supaya pendekatannya satu, yakni pendekatan film,” kata Angga.

Cerpen Filosofi Kopi karya Dee ini memang diakuinya sebagai sebuah cerita yang cenderung pendek untuk diadaptasi menjadi film.

“Kami mengembangkan cerita dasar dari cerpen tersebut sehingga ceritanya menjadi lebih panjang dan cukup untuk dijadikan sebuah layar lebar. Premisnya tetap tentang sebuah perjalanan mencari kopi terbaik,” ujar Angga.

Angkat Nilai Historis dan Filosofis

Seperti judulnya, Angga berusaha membuat film ini menjadi sebuah tontonan yang tak sekadar apik. Ia ingin membuat film Filosofi Kopi menjadi tontonan yang edukatif. Misalnya saat pemilihan lokasi shooting, ia memilih Pegunungan Malabar sebagai setting dalam salah satu scene.

“Lokasi shooting berada di daerah Pangalengan, Pegunungan Malabar , Jawa Barat. Secara historis, Malabar merupakan lokasi benih kopi pertama kali ditanam di Indonesia. Ini adalah gunung, adalah tempat, adalah tanah di mana kopi dibawa oleh Belanda dari Yaman ditanam di Indonesia. Kami ingin mengambil gambar di sana supaya kami mendapat nilai historis dari proyek yang kami buat,” kata nominator sutradara terbaik dalam Festival Film Indonesia 2010 itu.

Secara filosofis pun, para tokoh dalam film ini juga akan mengalami pengalaman-pengalaman yang membawa mereka berdamai dengan kegelisahan-kegelisahan masa lalu.

Produksi Film

Persiapan pembuatan film Filosofi Kopi telah dilakukan sejak Juli 2014, sementara penulisan skenario dilakukan sejak 2013.

Pembuatan Kedai Filosofi Kopi pun dibangun dari bangunan kosong sejak 3 bulan lalu dan tidak menyewa kedai yang sudah jadi.

“Persiapannya cukup menantang dan pemeran utama, Chicco Jerikho, Rio Dewanto, dan Julie Estelle  juga sudah mulai belajar sekolah membuat kopi sejak September atau sekolah barista. Kita memperkenalkan dunia kopi kepada penonton, siapa saja yang ada di balik pembuatan kopi, alat-alatnya, dan istilah-istilahnya,” ujarnya.

Pemilihan Chicco sebagai pemeran utama diakui Angga karena dia adalah aktor yang sangat dedikatif, ingin belajar, tidak pernah puas.

“Dan menurut saya itu modal penting. Ia menang piala citra, piala maya, tempo. Chicco sebagai pemeran utama karena saya puas dengan hasilnya dan proses saya bekerja sama dengan dia,” kata Angga.

“Saya menunjuk langsung Chicco, Rio, dan Julie untuk main dalam film ini,” Angga menambahkan.

Sementara itu, Angga menilai tokoh Jody yang diperankan oleh Rio Dewanto adalah pribadi yang unik. Angga mengaku sudah sejak lama ingin bekerja sama dengan Rio, namun belum ketemu dengan cerita yang cocok.

Chicco Jerikho sebagai tokoh utama dalam film itu mengaku berperan sebagai orang yang sangat menyukai kopi.

“Saya tidak mau berdialog dengan orang kalau topiknya bukan kopi. Tokoh Ben dalam film ini sangat ambisius dengan kopi,” ujar Chicco.

Sementara Rio Dewanto mengaku berperan sebagai Jody sahabat Ben dan pemilik kedai Filosofi Kopi, sedangkan Julie Estelle berperan sebagai El, seorang blogger kopi dan q grader kedai Ben dan Jody.

“Sejak main film ini, saya bisa melihat proses panjang pembuatan kopi dan akhirnya bisa melihat kopi dengan sudut pandang yang berbeda,” ujar Jullie.

Sementara Produser Handoko Hendroyono mengaku produksi film ini adalah kolaborasi yang baik. “Karena spirit dan kekompakannya sangat terasa dalam film ini dari semua pihak. Kolaborasi menjadi kekuatan dari film ini. Ini akan menjadi sesuatu yang layak untuk dinikmati bersama,” ujarnya.

Filosofi Kopi juga turut menggandeng Glenn Fredly sebagai produser musik dalam film dan Maliq & D’ Essentials sebagai pengisi soundtrack-nya.

Proses shooting akan mulai berlangsung pada Sabtu (10/1) dalam kurun waktu kurang lebih 30 hari.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home