Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 19:00 WIB | Jumat, 25 Maret 2022

Tahun 2022, Kemenkes Lakukan Skrining Besar-besaran Kasus TBC

TBC. (Foto ilustrasi: dok. Ist)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Tahun 2022 ini Kementerian Kesehatan berencana melakukan skrining besar-besaran untuk menemukan dan mengobati kasus penyakit Tuberkulosis (TBC).

Penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan China dengan jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam, menurut keterangan Kemenkes.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes, Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes mengatakan dari estimasi 824 ribu pasien TBC di Indonesia Baru 49% yang ditemukan dan diobati, sehingga terdapat sebanyak 500 ribuan orang yang belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan.

BACA JUGA:

300 ORANG PER HARI MENINGGAL DI INDONESIA AKIBAT PENYAKIT TBC

RI-AS KERJA SAMA LAWAN PENYAKIT TUBERKULOSIS

''Untuk itu upaya penemuan kasus sedini mungkin, pengobatan secara tuntas sampai sembuh merupakan salah satu upaya yang terpenting dalam memutuskan penularan TBC di masyarakat,'' katanya pada konferensi pers secara virtual di Jakarta, Selasa (22/3).

Didik melanjutkan pihaknya akan menskrining TBC terhadap 500 ribu kasus yang belum ditemukan. Skrining dilakukan dengan peralatan X-Ray Artificial Intelligence untuk memberikan hasil diagnosis TBC yang lebih cepat dan lebih efisien.

''Kami merencanakan skrining besar-besaran yang transformasional dengan memanfaatkan peralatan X-Ray Artificial Intelligence untuk memberikan hasil diagnosis TBC yang lebih cepat dan lebih efisien, termasuk bi-directional testing bagi penderita diabetes agar mereka mendapatkan pengobatan TBC sedini mungkin,'' katanya.

Saat ini tengah diupayakan melakukan pengadaan alat-alat yang dibutuhkan. Direncanakan skrining besar-besaran itu akan dilakukan tahun ini. ''Pelaksanaannya diutamakan tahun ini karena proses masih tetap berjalan. Dengan ditemukannya 500 ribu kasus ini nantinya akan mempercepat kita mengeliminasi TBC di tahun 2030,'' kata Didik.

TBC Paru yang menular

Sebanyak 91% kasus TBC di Indonesia adalah TBC paru yang berpotensi menularkan kepada orang yang sehat di sekitarnya. Saat ini, penemuan kasus dan pengobatan TBC yang tinggi telah dilakukan di beberapa daerah di antaranya Banten, Gorontalo, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat.

Sementara daerah dengan kasus TBC paling banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

''Sebenarnya TBC itu biasanya ada di daerah yang padat, daerah kumuh, dan daerah yang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)-nya kurang, di situ potensi penularan TBC-nya tinggi,'' kata Didik.

Gejala TBC

Perlu diketahui, gejala-gejala awal muncul TBC pada seseorang dapat berupa batuk karena menyerang saluran pernapasan dan juga organ pernapasan, batuk berdahak terus-menerus selama dua sampai tiga pekan atau lebih, kemudian sesak napas, nyeri pada dada, badan lemas dan rasa kurang enak badan, nafsu makan menurun, berat badan menurun, dan biasanya yang muncul adalah berkeringat pada waktu malam hari meskipun tidak melakukan kegiatan apapun.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home