Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 05:00 WIB | Selasa, 13 Mei 2014

Tak Bertemu SBY, Trisakti Janji Aksi Demo Lebih Besar

Menteri Tim Penuntasan Kasus 12 Mei1998 dan HAM Kepresidenan Mahasiswa Universitas Trisakti periode 2014-2015, Giarto Cahyadi (kanan), berjanji akan kembali melakukan aksi demo, untuk dapat bertemu dengan Presiden SBY. (Foto: Martahan Lumban Gaol).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketidakpuasan akan hasil aksi demo peringatan 16 Tahun Tragedi Trisakti disampaikan oleh Menteri Tim Penuntasan Kasus 12 Mei1998 dan HAM Kepresidenan Mahasiswa Universitas Trisakti, Giarto Cahyadi. Mereka tidak bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), untuk mempertanyakan penyelesaian kasus 12 Mei. Oleh karena itu, mereka berjanji akan kembali melakukan aksi demo beberapa hari mendatang.

“Jujur saya tidak puas dengan hasil hari ini, karena tujuan kami bertemu dengan bapak Presiden SBY untuk menanyakan penyelesaian kasus ketidakadilan pada abang-abang kami 16 tahun silam, tidak terealisasikan. Maka, kami berjanji akan kembali lagi melakukan aksi seperti ini, tinggal tunggu mainnya saja. Saya jamin, kami akan datang dengan massa yang lebih banyak bersama rekan-rekan Mahasiswa Trisakti yang semangatnya tidak akan padam,” ucap Giarto saat ditemui usai aksi demo peringatan 16 Tahun Tragedi Trisakti, di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (12/5).

Aksi demo peringatan 16 Tahun Tragedi Trisakti tahun ini menurut Giarto bertujuan untuk melawan lupa, dan empat butir tuntutan kepada pemerintah, yaitu,

Pertama, pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme di dalam pemerintahan Indonesia.

Kedua, menuntut kesejahteraan keluarga korban.

Ketiga, menuntut tanggal 21 mei menjadi hari reformasi.

Keempat, menuntut pengangkatan gelar bintang jasa dari pejuang reformasi menjadi pahlawan reformasi,

Mengenai tuntutan yang kedua, mahasiswa Universitas Trisakti menagih janji pemerintah yang sebelumnya telah sepakat memberikan tunjangan kesejahteraan pada setiap keluarga korban.

“Pemerintah hanya meberikan gelar bintang jasa pejuang reformasi tapi tidak memberikan fasilitas, seperti tunjangan per bulan. Karena dari keluarga korban tidak semuanya masyarakat mampu,” Giarto menambahkan.

Aksi demo peringatan Tragedi Trisakti tahun ini lebih besar dibanding aksi peringatan Tragedi Trisakti tiga tahun ke belakang, hal ini dilakukan demi kejelasan dari kasus nan menimpa senior mereka 16 tahun silam.

“Mahasiswa Trisakti telah bosan, tidak ada perkembangan dari aksi kami setiap tahunnya,” ucap Giarto Cahyadi.

Tidak Berhubungan Tahun Politik

Namun, aksi demo tahun ini tidak berhubungan dengan aktivitas politik yang tengah berlangsung di Indonesia. Giarto menolak bila dikatakan demo peringatan 16 Tahun Tragedi Trisakti berhubungan dengan Pemilu Presiden 2014.

“Tidak berhubungan dengan tahun politik. Trisakti menyatakan tidak mendukung calon presiden atau calon wakil presiden manapun, saya hanya berdoa agar pemimpin terpilih dapat memimpin bangsa ini dengan baik,” tegas Giarto.

400 Personil Kepolisian

Ratusan polisi disiagakan untuk mengawal demo peringatan 16 Tahun Tragedi Trisakti. Pengawalan telah dilakukan pihak kepolisian sejak mahasiswa Trisakti bergerak dari Kampus Trisakti, di Grogol, Jakarta, hingga berada di depan Istana Negara.

“Kami menurunkan 400 personil. Sistemnya, kami akan mengawal mahasiswa ini melakukan aksinya hingga selesai,” kata Kepala Bagian Operasional Kepolisian Resor Jakarta Pusat, AKBP Apollo Sinambela pada satuharapan.com.

Selain menerjunkan 400 personil kepolisian, pihak kepolisian juga mengarahkan mobil barracuda dan water canon untuk mengamankan jalannya demo tersebut.

“Kami telah siapkan dua mobil water canon dan dua unit baracuda, serta peralatan-peralatan keamanan lainnya,” Apollo menambahkan.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home