Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 19:36 WIB | Sabtu, 19 Februari 2022

Taliban Menahan Warga Inggris dan AS di Afghanistan

Pejuang Taliban terlihat saat hujan salju di Kabul, Afghanistan, pada 22 Januari 2022. (Foto: dok. Reuters)

KABUL, SATUHARAPAN.COM-Penguasa Taliban Afghanistan telah menahan beberapa warga negara Inggris dan seorang Amerika, termasuk seorang mantan jurnalis televisi lepas yang telah berada Afghanistan selama lebih dari 40 tahun. Itu dikatakan pemerintah maupun seorang anggota keluarga.

Sebuah pernyataan dari pemerintah Inggris pekan ini mengatakan ada sejumlah warga negara Inggris saat ini dalam tahanan Taliban. Sementara pemerintah menolak untuk mengungkapkan identitas mereka. Hassina Syed, istri Peter Jouvenal, mantan juru kamera lepas yang menjadi pengusaha, mengatakan kepada The Associated Press, suaminya diambil pada 13 Desember.

Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan, mengatakan kepada CNN "State of the Union" pada hari Minggu (13/2) bahwa Washington "secara aktif bekerja" untuk membebaskan orang Amerika itu dari tahanan Taliban. Dia menolak untuk mengatakan lebih banyak, dengan alasan "sensitivitasnya."

Tahanan Amerika dan setidaknya empat warga negara Inggris lainnya dalam tahanan tetap tidak diketahui identitasnya. Tidak jelas berapa banyak yang ditahan bersama.

Berbicara kepada AP melalui telepon dari rumahnya di London, Syed, seorang Afghanistan, mengatakan suaminya berada di Afghanistan untuk menjajagi peluang bisnis, termasuk investasi di pertambangan lithium. Afghanistan kaya akan lithium, komponen utama baterai penyimpan energi. Dia bepergian sendiri dan tidak berhubungan dengan tahanan lain, katanya.

Jouvenal telah bekerja sebagai juru kamera lepas selama invasi Soviet tahun 1980-an di Afghanistan dan mengikuti negara itu melalui banyak perangnya. Dia menikah dengan Syed dan mereka memiliki tiga anak perempuan.

Jouvenal, yang berbicara bahasa Pashto dan Dari, dua bahasa resmi Afghanistan, telah mengadakan beberapa pertemuan dengan kementerian pertambangan Taliban sebelum ditahan pada bulan Desember, kata Syed, termasuk dengan menteri tersebut.

Tidak ada tuntutan yang diajukan dan sampai penahanannya, kata Syed,dan  Jouvenal telah berhati-hati untuk tetap berhubungan secara teratur dengan pihak berwenang Taliban untuk memastikan bahwa mereka mengetahui kegiatan dan gerakannya.

Pada pertengahan 2000-an, Jouvenal berutang dan mengoperasikan Gandamak Restaurant dan wisma di ibu kota Afghanistan, Kabul, yang telah menjadi terkenal di antara banyak jurnalis yang melakukan perjalanan ke Afghanistan selama invasi pimpinan AS yang menggulingkan pemerintah Taliban pada tahun 2001.

Taliban tidak menanggapi permintaan untuk mengomentari warga negara asing dan pada Jouvenal pada khususnya.

Dalam sebuah pernyataan, kantor luar negeri Inggris mengatakan penahanan warga negara Inggris sedang dibahas dengan Taliban. “Para pejabat Inggris telah mengingatkan penahanan mereka dengan Taliban di setiap kesempatan, termasuk ketika sebuah delegasi melakukan perjalanan ke Kabul pekan lalu,” kata kantor luar negeri Inggris dalam sebuah pernyataan awal pekan ini.

Tidak ada penjelasan untuk penahanan tersebut. Syed mengatakan suaminya sendirian dan tidak bepergian dengan pria lain yang telah ditahan.

Menurut orang-orang yang mengetahui langsung orang-orang yang saat ini ditahan di tahanan Taliban, setidaknya dua dari tahanan itu tampaknya berada di Afghanistan untuk mengevakuasi warga negara Afghanistan secara diam-diam. Orang-orang dengan pengetahuan langsung berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas pembicaraan.

Taliban telah menjelaskan bahwa warga Afghanistan tanpa dokumen yang tepat tidak akan diizinkan meninggalkan negara itu.

Syed mengatakan dia khawatir suaminya mungkin terjebak dalam penyelidikan Taliban atas upaya untuk secara diam-diam memindahkan warga negara Afghanistan ke luar negeri.

Tapi Syed mengatakan dia juga berencana untuk kembali ke Afghanistan setelah perjalanan awal suaminya mencari mitra dalam usaha pertambangan. Bersama-sama mereka berencana untuk mendirikan usaha patungan.

Dalam wawancara telepon, Syed mengungkapkan ketakutannya atas kesejahteraan suaminya tetapi juga frustrasi dengan pemerintahan Taliban.

“Mereka mengatakan mereka ingin pengusaha asing dan Afghanistan datang ke Afghanistan, untuk berinvestasi di Afghanistan, tetapi mengapa ada orang yang ingin berinvestasi jika mereka tidak dapat memastikan keselamatan mereka?” dia bertanya. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home