Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 00:48 WIB | Sabtu, 24 September 2016

Teknologi Penjejak Ikan BPPT Naikkan Tangkapan Nelayan

Nelayan berada di atas bagan penangkap ikan di Teluk Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (23/9). Data BPS menyebutkan, jumlah rumah tangga nelayan dalam kurun waktu sepuluh tahun mengalami penurunan, tahun 2003 jumlah rumah tangga nelayan berkisar 1,6 juta, kemudian di tahun 2013 menurun drastis menjadi 864.000. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perekayasa Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyempurnakan teknologi Sistem Penjejak Ikan nan Cerdas (SIKBES-ikan) menjadi perangkat lunak yang mampu meningkatkan hasil tangkapan nelayan. 

"Teknologi ini kita inginnya untuk digunakan nelayan nasional dulu. Karenanya kerja sama dengan Pemda dan kelompok nelayan menjadi pilihan untuk implementasi teknologi yang mampu meningkatkan produksi penangkapan ikan," kata Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah (PTPSW) BPPT Yudi Anantasena di Jakarta, hari Jumat (23/9). 

BPPT, menurut dia, mengupayakan agar teknologi ini menjadi solusi penangkapan ikan secara konvensional, dan membantu nelayan untuk mengetahui secara efisien dan akurat terkait jumlah tangkapan, lokasi penangkapan, serta jalur layar kapal penangkap ikan. 

SIKBES-Ikan, menurut dia, tidak hanya mampu mendukung produktivitas nelayan tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan pariwisata, dan pemberantasan "illegal, unreported, unregulated fishing" (IUU Fishing). 

Bahkan dengan memanfaatkan citra satelit dengan resolusi yang lebih tinggi, menurut dia, teknologi ini dapat mendukung keperluan konservasi kawasan perairan. 

Ketua tim pengembang SIKBES-Ikan dari Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah (PTPSW) BPPT Muhamad Sadly mengatakan teknologi ini sebenarnya telah dikembangkan sejak 2007. 

Penyempurnaan terus dilakukan, dan kini terobosan baru diberikan yaitu membangun sistem model prediksi lokasi potensi keberadaan ikan (fishing ground) jenis ikan pelagis ekonomis, beserta perhitungan nilai ekonominya menggunakan pendekatan integrasi antara metode sistem pakar (knowledge-based expert system/KBES), penginderan jauh (remote sensing), sistem informasi geografis (geographic information system/GIS). 

"Secara sederhana teknologi ini memudahkan nelayan untuk tahu apa yang harus dibawa dan apa yang akan dibawa ke laut. Efektif dan efisien sehingga nelayan tahu lokasi ikan dan tidak perlu menghabiskan bahan bakar dalam jumlah besar," ujar dia. 

Teknologi ini, menurut dia, memiliki tingkat akurasi citra satelit dan data lapangan hingga 93 persen. Dan nelayan hanya akan memperoleh data harian, mingguan, hingga bulanan lokasi ikan, yang bisa diperoleh di Dinas Perikanan atau di kelompok nelayan mereka. 

Sedangkan pemanfaatan data potensi keberadaan ikan dari SIKBES-ikan untuk nelayan dengan kapal di atas 30 Gross Ton (GT) seharusnya dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). 

Implementasi sistem ini yang dilakukan bersama KKP di 75 persen wilayah perairan Indonesia atau sekitar 19 wilayah perairan Indonesia , termasuk implementasi di wilayah perairan pulau terdepan dapat diprediksi waktu fluktuasi densitas lokasi keberadaan ikan bulanan di mana potensi tertinggi ada di bulan Juli hingga Agustus. 

Sistem ini dikembangkan secara online, dan dapat diakses melalui aplikasi online SIKBES-ikan di http://tisda.bppt.go.id/sikbes. Sayangnya teknologi berpaten yang mampu meningkatkan produksi tangkapan ikan ini belum dilirik industri untuk dikembangkan sebagai produk massal. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home