Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 20:19 WIB | Senin, 10 April 2017

Tengkawang Tungkul, Maskot Kalimantan Pelembab Alami Kulit

Tengkawang tungkul (Shorea stenoptera). (Foto: wikipedia.org)

SATUHARAPAN.COM – Tengkawang tungkul, siapa pernah mendengarnya? Orang jarang mengenal tanaman ini pada saat ini. Sebagian orang mengenalnya dengan nama meranti merah.

Wikipedia menyebutkan tengkawang tungkul adalah nama buah dan pohon dari genus Shorea, yang buahnya menghasilkan minyak nabati. Pohon ini menjadi maskot (flora identitas) Provinsi Kalimantan Barat.

Di Kalimantan Barat, seperti dikutip dari borneonews-borneoku.blogspot.co.id,  tengkawang tungkul  telah ada ratusan tahun lalu, dan diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang dan dijaga kelestariannya. Buah tengkawang tungkul  menghasilkan minyak lemak yang bernilai ekonomi tinggi. Secara tradisional, minyak tengkawang tungkul digunakan untuk memasak, penyedap masakan, dan untuk ramuan obat-obatan.  

Di dunia industri, minyak tengkawang digunakan sebagai bahan pengganti lemak cokelat, bahan farmasi dan kosmetika, pembuatan lilin, sabun, margarin, pelumas dan sebagainya. Minyak tengkawang juga dikenal sebagai green butter.

Minyak buah tengkawang, yang dibuat mentega atau Illipe butter dari Kalimantan, seperti dikutip dari mygreenaustralia.com, adalah mentega keras, dan memiliki titik leleh lebih tinggi daripada kelapa, tetapi cepat menyerap dalam kulit. Orang Dayak  telah membuat mentega dari kacang-kacangan buah  tengkawang selama berabad-abad, dan sudah digunakan secara tradisional untuk obat  dan kosmetik.  

Minyak buah tengkawang adalah pelembab alami yang sangat baik, dan dapat melembutkan kulit dan diserap ke dalam kulit dengan mudah. Juga memberikan lapisan seperti  sunblock-sun protection factor (SPF) atau kemampuan untuk menahan sinar matahari (sinar UV), sehingga dapat melindungi kulit dari panas matahari, atau bahkan sebagai make up dasar, dan juga sebagai bahan pelembab  rambut dan sabun mandi.

Morfologi Pohon Tengkawang Tungkul

Pohon tengkawang tungkul, dikutip dari Wikipedia, dapat mencapai tinggi 30 m dengan garis tengah sekitar 60 cm. Batangnya tegak, lurus, tidak berbanir. Permukaan batangnya berwarna abu-abu serta berbercak-bercak.

Daun tengkawang tungkul tunggal, tebal, kaku, besar, bulat panjang. Buahnya bundar telur, berbulu tebal, bersayap.

Pohon tengkawang tungkul menghasilkan kayu ringan. Biasanya kayunya dimanfaatkan untuk konstruksi ringan, yaitu kayu lapis, perabot rumah tangga, dinding rumah, dan bahan kertas.

Penanaman tengkawang tungkul oleh rakyat di Kalimantan Barat dilakukan dengan biji dan setelah berumur 8 atau 9 tahun baru tampak berbunga serta berbuah. Produksi buah bagus pada umur pohon sekitar 12 tahun lebih. Buahnya  dapat dipakai sebagai sumber penghasil minyak nabati.  

Pohon tengkawang hanya terdapat di pulau Kalimantan dan sebagian kecil Sumatera. Pohon tengkawang terdiri atas belasan spesies, di antaranya tengkawang tungkul, tengkawang layar, tengkawang rambai, tengkawang terendak, tengkawang tengkal, tengkawang bungkus, tengkawang majau, tengkawang gunung, dan tengkawang pinang.

Pohon-pohon tengkawang yang telah tua dan tidak lagi produktif biasanya ditebang untuk dimanfaatkan kayunya. Kayu tengkawang dalam dunia perdagangan umumnya tergolong ke dalam kayu meranti merah.

Tengkawang terutama diproduksi Kalimantan Barat, Sarawak, dan sedikit dari Kalimantan Tengah serta Kalimantan Timur. Kayu terasnya berwarna merah muda pucat, merah muda kecokelatan, hingga merah tua, atau bahkan merah tua kecokelatan.  

Meranti merah merupakan salah satu kayu komersial terpenting di Asia Tenggara. Kayu ini lazim dipakai sebagai kayu konstruksi, panil kayu untuk dinding, loteng, sekat ruangan, bahan mebel dan perabot rumah tangga, mainan, peti mati, dan lain-lain.  Selain itu, kayu ini cocok untuk dijadikan bubur kayu, bahan pembuatan kertas.

Namun, akhir-akhir ini pohon tengkawang ini semakin langka karena banyak yang ditebang untuk digunakan sebagai bahan bangunan. Maka berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 261/1990 ditetapkan 13 jenis tanaman tengkawang (Shorea) sebagai tanaman dilindungi, sehingga tidak diperbolehkan dieksploitasi demi kepentingan apa pun, terutama bahan baku industri kayu lapis.

Pohon tengkawang tungkul atau meranti merah memiliki nama ilmiah Shorea stenoptera dari keluarga Dipterocarpaceae. Masyarakat Dayak menyebutnya tembawang. Tengkawang juga dikenal dalam bahasa Inggris dengan nama borneo tallow nut atau illepe nut green butter.

Manfaat Lain Tengkawang Tungkul

Buah tengkawang sangat bermanfaat untuk dijadikan berbagai produk seperti minyak, mentega, kue, es krim, produk kosmetik, dan obat-obatan herbal.

Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak bekerja sama dengan Lembaga Pengkajian dan Studi Arus Informasi Regional (LPS-AIR)  telah memberi bantuan berupa peralatan press pembuat minyak buah tengkawang, pembuat tepung buah tengkawang, kepada Kelompok Tani Tengkawang Layar, dan membantu warga Desa Sahan membuat turunan produk buah tengkawang. Kaum perempuan di desa itu diajarkan untuk membuat mentega, cokelat, es krim, dan roti.

“Kami sangat menghargai perjuangan masyarakat Dusun Malayang untuk mempertahankan hutan adatnya. Hutan ini sudah jadi pusat penelitian tumbuhan shorea tingkat nasional, Universitas Tanjungpura, IPB, dan UGM,” kata Deman Huri Gustira, Direktur LPS-AIR, pada pada 17 juni 2016 lalu yang dikutip dari mongabay.co.id.

Pohon tengkawang merupakan pohon ikonik Kalimantan, yang keberadaannya sekarang di beberapa tempat sudah langka. Di Desa Malayang, keberadaannya  tetap dijaga dengan baik.

Pohon itu menjadi salahsatu pohon yang mampu menjaga sistem hidrologi di Desa Sahan, sehingga sumber-sumber airnya sangat bersih. Selain menjaga keberadaannya, pohon itu harus dilestarikan dengan menanam pohon.

Tengkawang, dikutip dari  sainsindonesia.co.id, selain mampu menjaga sistem hidrologi di wilayah perdesaan, juga dapat menjaga ancaman perubahan iklim berkat kemampuannya menyerap karbon dioksida (CO2).

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home