Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 14:52 WIB | Jumat, 06 Desember 2019

Terap, Buah Lokal Kalimantan Serbaguna

Terap (Artocarpus odoratissimus). (Foto: Flickr.com)

Foto: Artocarpus odoratissimus (Flickr.com)

SATUHARAPAN.COM – Terap atau tarap, menurut Wikipedia,  adalah sejenis pohon buah dari marga pohon nangka (Artocarpus). Buahnya serupa nangka yang kecil, dengan bau wangi yang kuat, seperti dicerminkan nama ilmiahnya Artocarpus odoratissimus.

Buah terap, ketika matang, aromanya khas dan sangat tajam. Rasanya manis, dan enak dimakan begitu saja. Ternyata tak hanya daging buah yang dapat dinikmati, bijinya pun dapat dimakan setelah direbus ataupun dibakar.

Buah terap yang masih muda, kerap diolah menjadi sayuran atau makanan berat lainnya. Buah yang sudah matang dan daging buahnya benar-benar lembut, dapat diolah menjadi aneka camilan, seperti puding, minuman segar, dan aneka kue.

Buah ini berasal dari bagian utara Kalimantan, dan buah ini juga sudah dibudidayakan di beberapa negara di dunia seperti Filipina dan Australia.  

Terap dengan nama latin Artocarpus odoratissimus, mengutip dari balittra.litbang.pertanian.go.id, merupakan tanaman tahunan, batangnya bergetah. Buah terbentuk pada ujung ranting, dengan bentuk bulat, mempunyai duri yang lunak dan panjang, serta kulit buah berwarna hijau dan keras sewaktu muda, serta berwarna cokelat kekuningan dan lunak jika matang, dengan daging buah berwarna putih, lunak, dan manis.

Tanaman ini tergolong langka, karena mempunyai daerah penyebaran yang sempit. Namun, kerabat tarap lainnya seperti sukun dan kluwih, masih dapat ditemui di beberapa pulau di Indonesia.

Terap dapat dikatakan sebagai tanaman serbaguna, karena seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Batangnya yang besar dapat digunakan untuk bahan bangunan dan perkakas rumah tangga. Rantingnya dapat digunakan sebagai kayu bakar.

Buah matang, daging buah yang matang, dapat dikonsumsi langsung sebagai buah segar, atau digoreng dengan adonan tepung. Penganan ini disebut gaguduh tarap.

Buahnya yang muda/tidak terlalu matang dapat dibuat sebagai asinan. Dalam bahasa Banjar, asinan buah tarap ini dikenal dengan nama jaruk tarap. Jaruk tarap merupakan lauk makan yang populer di daerah pahuluan, yaitu di Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Tabalong, dan Kabupaten Banjar. 

Pemerian Botani Pohon Terap

Pohon terap, menurut Wikipedia, dapat mencapai tinggi 25 m. Batangnya yang keabu-abuan, dapat mempunyai diameter sampai 40 cm. Ranting pohon ini memiliki bulu-bulu panjang kuning sampai kemerahan. Terap merupakan tumbuhan biji berumah satu (monokotil).

Daun terap berbentuk jorong sampai bundar telur terbalik, bertepi rata atau menggerigi dangkal, berujung tumpul atau sedikit melancip, dan bertangkai 2-3 cm. Daun penumpu berbentuk bundar telur, berbulu kuning atau merah, bila rontok meninggalkan bekas cincin pada ranting.

Perbungaan terjadi dalam bongkol soliter, yang muncul pada ketiak daun. Bongkol bunga jantan berbentuk jorong sampai gada. Buahnya majemuk (syncarp) berbentuk agak bulat, berwarna kuning kehijauan bila masak, dengan tonjolan-tonjolan serupa duri lunak pendek, bertangkai panjang 5-14 cm, muncul di ujung ranting seperti pada sukun.

Daging buah (semu, yang sebetulnya adalah perkembangan dari perhiasan bunga) berwarna keputihan, mengandung banyak sari buah, manis, dan harum sekali, terasa licin lunak dan agak seperti jeli di lidah.

Terap kurang menyebar luas. Di Filipina tanaman ini dibudidayakan secara luas, seperti di Mindoro, Mindanao, Basilan, dan Sulu. Terap juga dapat dijumpai di Thailand. Di Indonesia, tetap dijumpai di Borneo bagian utara, seperti Brunei, Sabah, Serawak, dan juga Kalimantan Timur serta Utara.

Asal-usulnya diperkirakan dari bagian utara Borneo, yakni Sabah, Malaysia, di mana ditemukan jenis liarnya di alam. Terap juga dibudidayakan di Queensland, Australia.

Pohon ini terutama ditanam karena buahnya, yang dimakan dalam keadaan segar atau diolah sebagai kue-kue. Buah terap harus segera dimakan dalam beberapa jam setelah dibuka, karena baunya yang harum cepat berkurang dan warnanya dapat berubah karena teroksidasi. Biji terap juga dapat dimakan setelah dipanggang atau direbus dengan garam.

Terap dapat tumbuh sejak daerah dekat pantai hingga ketinggian sekitar 1.000 m dpl. Pohon ini menyenangi tanah liat berpasir dan wilayah dengan curah hujan cukup tinggi dan merata. Buah biasa didapati di awal musim hujan, antara Agustus hingga Januari bergantung pada lokasinya.

Wikipedia menyebutkan tanaman ini juga dikenal sebagai marang (Mindanao), lumuk (Sabah), timadang (Sarawak), atau johey oak (Inggris).

Manfaat Herbal Terap

Menurut N Tasmin dan kawan-kawan (2014), dalam penelitian berjudul “Isolasi, Identifikasi dan Uji Toksisitas Senyawa Flavonoid Fraksi Kloroform dari daun Terap (Artocrpus odoratissimus Blanco)”, Penerbit Jurnal Kimia Mulawarman Vol 12 No 1, isolat daun terap, fraksi kloroform dan ekstrak metanol daun terap (A oddoratissimus Blanco) berpotensi sebagai senyawa bioaktif antikanker, dan isolat dari daun terap diidentifikasi sebagai triterpenoid dan friedelinol, senyawa ini memiliki cukup sitotoksisitas.

Tim peneliti dari Program Studi Magister Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Mataram, meneliti “Endofit Kulit Batang Terap dan Aktivitasnya sebagai Antibakteri“. Dalam  penelitian  itu diperoleh 34 isolat kulit batang tanaman terap dan 12 isolat mempunyai daya hambat terhadap S aureus.

Berdasarkan identifikasi molekuler dengan 16S rRNA isolat   bakteri endofit kulit batang tanaman terap teridentifikasi sebagai bakteri Bacillus cereus, Bacillus subtilis, dan Bacillus sp.  Tiga jenis bakteri endofit tanaman terap ini dapat  dikembangkan sebagai penghasil senyawa antibakteri.

Disimpulkan, isolat bakteri endofit pada kulit batang tanaman terap mampu menghambat pertumbuhan bakteri S aureus2. Dua belas jenis isolat bakteri endofit pada kulit  batang  tanaman terap yang mempunyai daya hambat tersebut teridentifikasi sebagai B cereus, B subtilis, dan Bacillus Sp3.

Bakteri endofit Bacillus cereus, Bacillus subtilis, pada kulit   batang  tanaman terap dapat dikembangkan sebagai senyawa  antibakteri untuk mengobati berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri isolat klinik S aureus.

I Wayan Suanda dari PSP Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali, meneliti “Optimalisasi Insektisida Ekstrak Daun Terap, dan Daun Sukun, dan Daun Nangka terhadap Hama Rayap Makrotermes gilvus (Hagen)”.

Rayap merupakan serangga yang sangat berbahaya bagi bangunan yang terbuat dari bahan-bahan yang mengandung selulosa, seperti kayu dan produk-produknya. Usaha pengendalian rayap selama ini masih bertumpu pada penggunaan insektisida sintetis yang berlebihan dan kurang selektif terhadap sasaran, sehingga menimbulkan akibat sampingan seperti resistensi, berbahaya bagi pemakai dan pencemaran lingkungan. Perlu diupayakan untuk menemukan cara yang tepat untuk penanggulangan hama rayap.

Penelitian itu dilakukan untuk mengetahui optimalisasi insektisida ekstrak kasar daun terap, daun sukun, dan daun nangka terhadap hama rayap (Makrotermes gilvus (Hagen),  dan konsentrasi ekstrak yang paling efektif dalam mengendalikannya.

Parameter yang diamati berupa mortalitas rayap dan penurunan berat kayu yang dimakan rayap pada pengujian antifidan. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun terap, daun sukun, dan daun nangka, memiliki aktivitas insektisida terhadap rayap (M gilvus (Hagen)).

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home