Loading...
OPINI
Penulis: Timur Citra Sari 05:00 WIB | Minggu, 21 April 2019

Termangu pada Paskah

Foto: lightofchristwi.org

SATUHARAPAN.COM - “Christ is risen!” “Kristus sudah bangkit!” “He is risen indeed!” “Ia sungguh bangkit!”

Kata-kata itu dalam tradisi gereja dikenal sebagai “Salam Paskah” alias Easter Greetings. Biasanya, kata-kata itu diucapkan sebagai sapaan, seorang terhadap yang lain. Yang lebih dulu menyapa, mengatakan, “Kristus sudah bangkit!” Lalu, yang lain merespons, “Ia sungguh bangkit!” – Terdengar jelas, betapa melalui sapaan berbalasan ini, baik yang menyapa, maupun yang disapa, kedua belah pihak hendak menegaskan, serta, pula, menyatakan kegembiraan, karena Kristus benar-benar telah bangkit. Hore!

Memang, bagi para Kristen, kebangkitan Kristus adalah peristiwa yang pantas disambut dengan segenap kesukacitaan. Sebab, dalam kebangkitan-Nya itu terkandung pesan pengampunan dan keselamatan bagi dunia. Tidak mengherankan, peristiwa kebangkitan Kristus menjadi salah satu favorit gereja untuk di-drama-kan dari tahun ke tahun pada peringatan dan perayaan Paskah. 

Namun, jika menyimak kisah kebangkitan dalam Injil Lukas, kita akan menemukan bagian yang tidak segembira atau sebersukacita Salam Paskah di atas. Tepatnya ketika “… pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur…. Mereka mendapati batu sudah terguling… dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus.” (pasal 24:1-3)

Siapa yang dimaksud dengan “mereka” di sini? Ayat 10 dari pasal yang sama menjelaskan bahwa “mereka” adalah “… Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus.” Para perempuan ini adalah murid-murid Tuhan Yesus yang hendak memberi rempah-rempah pada jenazah Sang Guru (bdk. ayat 1).  

Sebagai yang pertama mengetahui kebangkitan Kristus, ternyata, perempuan-perempuan ini tidak menyerukan Salam Paskah. Mereka tidak saling berbalasan berkata, “Wah, teman-teman, Kristus sudah bangkit!” Dan yang lain tidak menjawab, “Benar, Ia sungguh bangkit! Senang sekali! Jadi, kita bisa ngobrol lagi dengan-Nya!”

Tidak. Dialog seperti itu tidak terjadi. Yang dilaporkan Injil Lukas justru begini: “… mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu….” (ayat 4). Mengapa seperti itu reaksi mereka?

Menurut kamus Bahasa Indonesia, salah satu arti kata “termangu” adalah “terdiam karena terkejut, bingung”. Waduh, padahal para perempuan itu bukan orang-orang sembarangan. Mereka bukannya tidak pernah bertemu Tuhan Yesus. Sebaliknya, mereka cukup rajin mengikuti perjalanan mengajar Tuhan Yesus dari satu tempat ke tempat lainnya. Tapi, ternyata, mereka masih bisa terkejut dan bingung juga?  

Menjadi Murid Kristus

Menjadi murid Kristus, rupanya, tidak berarti menjadi orang-orang yang serba langsung tahu segala sesuatu. Murid Kristus, rupanya, tidak selalu bisa langsung merespons setiap situasi yang terjadi. Murid Kristus, rupanya, bisa merasa terkejut dan bingung karena tidak tahu harus berbuat apa atau bersikap bagaimana. Wow, betapa berita ini melegakan bagi kita, yang juga kerap terkejut serta bingung saat merespons beragam keadaan. Murid Kristus, rupanya, adalah orang-orang biasa seperti kita. Syukurlah!

Sungguh menarik, betapa kebingungan dan ketidakmampuan manusia memahami karya Kristus, ternyata, dipahami serta diterima-Nya. Kristus yang bangkit itu tidak marah atau tersinggung, karena murid-murid-Nya lupa plus tidak mengerti penjelasan yang pernah disampaikan-Nya sebelumnya. Daripada marah atau tersinggung, Ia memilih menghadirkan “dua orang yang memakai pakaian yang berkilau-kilauan” untuk menjelaskan apa yang terjadi pada mereka. 

Ini berarti, kita tidak perlu berkecil hati, atau terkejut, atau bingung, saat berhadapan dengan karya Tuhan yang tidak mampu kita pahami. Sebab, sebagaimana Tuhan bersedia menjelaskan kebangkitan-Nya yang tidak dimengerti murid-murid-Nya, Ia juga akan menolong kita memahami karya cinta-Nya bagi kita.

Betapa, pada Paskah kini, dengan girang kita berseru sepenuh hati: “Kristus sudah bangkit! Ia sungguh bangkit!” Selamat Paskah! Soli Deo Gloria!

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home