Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 13:22 WIB | Jumat, 09 Juni 2017

Terumbu Karang dan Padang Lamun Indonesia Kondisi Buruk

Ilustrasi. Ekosistem terumbu karang. (Foto: greeners.co/pixabay.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merilis kondisi terbaru terumbu karang di perairan Indonesia. Diketahui sebanyak 35,15 persen terumbu karang dalam keadaan buruk.

Hasil verifikasi dan analisis data Tim Walidata Terumbu Karang Indonesia, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dari 108 lokasi dan 1.064 stasiun di seluruh perairan Indonesia dilaporkan bahwa sekitar 6,39 persen terumbu karang masih dalam kondisi sangat baik.

Kemudian status terumbu karang dalam kondisi baik sebesar 23,40 persen, kondisi cukup sebesar 35,06 persen dan kondisi buruk sebesar 35,15 persen. Pengukuran kondisi tersebut didasarkan pada persentase tutupan karang hidup yaitu kategori sangat baik dengan tutupan 76-100 persen, baik (tutupan 51-75persen), cukup (tutupan 26-50 persen) dan jelek (tutupan 0-25 persen).

 “Aktivitas manusia, perubahan iklim global, serta hama dan penyakit merupakan penyebab utama penurunan kondisi terumbu karang,” kata Suharsono, peneliti senior dan juga ahli terumbu karang Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dalam kegiatan Penyampaian Status Terumbu Karang dan Padang Lamun Indonesia Tahun 2017 di LIPI Jakarta, Rabu (7/6), yang dilansir situs lipi.go.id.

Dikatakannya, sebaran terumbu karang Indonesia ditemukan mulai dari perairan Sabang sampai Merauke dengan konsentrasi sebaran tertinggi berada di bagian tengah dan timur perairan Indonesia meliputi perairan Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara, Maluku dan sekaligus menjadi pusat segitiga keanekaragaman karang dunia (coral triangle).

Hasil pengukuran terkini melalui pemetaan citra satelit, luas terumbu karang Indonesia mencapai 25.000 km2 atau sekitar 10 persen dari total terumbu karang dunia (luas 284.300 km2), dan penyumbang terbesar sekitar 34 persen dari luas terumbu karang di wilayah segitiga karang dunia (luas 73.000 km2).

“Menjadi pusat segitiga karang dunia, Indonesia memiliki kekayaan jenis karang paling tinggi yaitu 569 jenis dari 82 marga dan 15 suku dari total 845 jenis karang di dunia,” katanya.

Meskipun demikian, gangguan manusia terhadap terumbu karang sangat menentukan kondisi terumbu karang itu sendiri. Penggunaan alat tangkap yang merusak dan peningkatan pencemaran memperburuk kondisi terumbu karang. Frekwensi pemutihan karang yang semakin rapat juga menambah potensi ancaman pada kondisi terumbu karang. “Akibat kematian karang, biota penghuni karang seperti ikan kerapu pun ikut menghilang, padahal ikan kerapu nilai ekonominya cukup bagus,” kata Suharsono.

Kondisi Padang Lamun Tidak Sehat

Sedangkan berdasarkan verifikasi yang dilakukan oleh Tim Walidata Lamun Indonesia dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Indonesia saat ini memiliki luas padang lamun sekitar 1.507 km2.

Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Udhi Eko Hernawan mengatakan, “Secara keseluruhan, rata-rata tutupan lamun yaitu 41,79 persen. Namun apabila dicermati lagi, hanya 5 persen yang tergolong sehat, sedangkan 80 persen nya kurang sehat dan 15 persen tidak sehat,” katanya.

Lamun sendiri merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga yang secara penuh beradaptasi pada lingkungan laut.  Secara ekologis, keberadaan padang lamun menciptakan ruang bagi banyak organisme untuk berkembang dan berinteraksi, membentuk satu kesatuan ekosistem di laut dangkal. Fungsi padang lamun sebagai produsen primer sumber makan herbivora perairan dangkal, habitat bagi berbagai macam organisme, menjaga kualitas air, penahan arus dan gelombang, dan juga sebagai pendaur zat hara.

Ancaman terhadap kondisi padang lamun sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Nutrien lebih cepat diserap oleh alga dan rumput laut. “Akibatnya, pertumbuhan alga lebih cepat dan mengalahkan lamun,” kata Udhi.

Selain itu, kondisi padang lamun sangat rentan terhadap pengaruh sedimentasi. “Sedimentasi membuat keruh perairan dan menghalangi sinar matahari yang diperlukan lamun untuk berfotosintesis,” katanya.

Sebagai langkah penyelamatan, transplantasi perlu dilakukan. Transplantasi dapat memulihkan padang lamun yang rusak serta menciptakan area baru. Kegiatan transplantasi lamun ini dapat dilakukan oleh masyarakat dan menjadi program eko-eduwisata.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home