Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben E. Siadari 10:48 WIB | Jumat, 18 September 2015

The Fed Disamakan dengan Menara Babel

Sketsa Menara Babel karya pelukis Pieter Bruegel (Sumber: Wikimedia Common)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Langkah The Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga mendekati nol pada hari Kamis (17/9) memunculkan pertanyaan tentang cara berkomunikasi lembaga itu menjelaskan kebijakan-kebijakannya. Ketidakjelasan kriteria yang dipakai untuk menetapkan kapan dan bagaimana The Fed akan menaikkan suku bunga, menyebabkan bank sentral AS itu disamakan dengan Menara Babel dalam kisah Perjanjian Lama.

"(Janet) Yellen membuat The Fed terlihat seperti Menara Babel," kata Well Fargo, ekonom dari John Silvia.

Dalam kisah Perjanjian Lama, Menara Babel sering menjadi lambang kesombongan dan kekacaubalauan bahasa manusia yang menyebabkan kegagalan.

Digambarkannya The Fed seperti Menara Babel karena pernyatan yang bersifat campur-aduk petinggi lembaga itu pada beberapa bulan terakhir tentang rencana menaikkan bunga. Pernyataan itu telah membuat berbagai mata uang di dunia --termasuk rupiah -- bergejolak. Pasar berspekulasi dan mengantisipai kenaikan bunga itu.

Pandangan tertuju terutama kepada Ketua The Fed, Janet Yellen, yang dalam sebuah pidato pada April 2013 berjanji akan mengakhiri tradisi The Fed yang "tidak pernah menjelaskan dan tidak pernah berdalih" atas keputusan-keputusan yang dihasilkan. Yellen berjani membawa The Fed menjelaskan tindakan-tindakannya kepada masyarakat karena akan diuntungkan karena itu.

Sejak awal tahun, Yellen telah berubah menjadi seorang pengambil keputusan yang sangat mengandalkan data (data-dependent). Idenya adalah bahwa The Fed akan mengatakan data ekonomi apa yang harus terjadi atau tercapai  sebelum lembaga itu memutuskan kebijakannya, yang memungkinkan masyarakat mencoba mencari tahu apakah data yang ada memenuhi syarat  keputusan yang akan diambil.

Pada bulan Agustus, Presiden The Fed New York, William Dudley, menyatakan bahwa gejolak di pasar keuangan global membuat  kemungkinan kenaikan suku bunga pada September semakin menyurut. Namun, hanya beberapa hari kemudian Wakil Ketua The Fed, Stanley Fischer, justru melansir komentar yang membuka kemungkinan naiknya suku bunga.

Inilah yang bagi sejumlah ekonom menyebabkan The Fed terlihat seperti Menara Babel.

Janet Yellen sendiri telah menahan diri untuk berbicara selama dua bulan terakhir. Kemarin (17/9) dalam konferensi pers seusai keputusan The Fed diambil, ia mengatakan bahwa setiap komentar petinggi The Fed selalu dikaitkan kepada keputusan menaikkan suku bunga. Karena itu adalah alamiah apabila ketidakpastian di pasar keuangan meningkat menjelang sebuah keputusan diambil.

Namun, ia menekankan bahwa para pengambil kebijakan tidak mendasarkan keputusannya pada data harian, tetapi menggunakan rapat-rapat berkala untuk menilai akumulasi informasi dan mengambil keputusan dari sana.

"Kami melakukan penelisikan  untuk menghasilkan analisis yang terbaik yang kami bisa," kata Yellen dalam konferensi pers.

Namun, banyak yang menilai hal ini telah membuat The Fed tampak lemah. Sebab, pada saat-saat terjadi gejolak pasar seperti baru-baru ini di Tiongkok dan negara-negara lain, The Fed dianggap perlu mengkomunikasikan posisinya.

Sebagai contoh, selama berbulan-bulan The Fed mengatakan pihaknya hanya akan menaikkan suku setelah  "cukup yakin" bahwa inflasi akan naik kembali ke target 2 persen. Pada saat yang sama, The Fed  mengatakan akan menaikkan suku bunga pada saat inflasi akan menuju tingat 2 persen itu -- meskipun meleset terus.

Kendati banyak kritik, tidak semua investor melihat kekurang jelasan komunikasi The Fed sebagai kelemahan.  Dalam pandangan mereka, sebagai penentu kebijakan The Fed tidak bisa membuat suatu jaminan tingkat bunga yang akan mereka tetapkan apalagi di tengah perekonomian yang bergejolak. Dan dengan data --serta gejolak pasar keuangan global -- yang mendorong The Fed berjalan ke arah kebalikan (dari menaikkan suku bunga), sikap diam Yellen justru pilihan yang baik, daripada terlalu dipengaruhi oleh satu data ekonomi tertentu. (reuters)

 

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home