Loading...
INDONESIA
Penulis: Reporter Satuharapan 01:49 WIB | Selasa, 17 Maret 2020

Tidak Perlu Habis-habisan Berburu Stok Selama Isolasi Mandiri

Proses penyemprotan disinfektan di ruang publik di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (16/3/2020). (Foto: Antara/Abriawan Abhe)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Guru besar pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB, mengimbau masyarakat tidak perlu habis-habisan berburu stok (panic buying) selama isolasi mandiri untuk mencegah penularan dan penyebaran COVID-19 di Tanah Air.

Habis-habisan berburu stok barang keperluan terjadi ketika konsumen membeli sejumlah besar produk dalam mengantisipasi bencana COVID-19 seperti tindakan menimbun barang-barang kebutuhan.

"Tidak perlu panic buying. Mesti dalam keseimbangan agar harga tidak naik. Ketika harga naik, masalah baru muncul orang tidak mampu membeli barang-barang atau makanan. Ketika tidak mampu membeli makanan akhirnya makannya susah, daya tahan tubuh turun, bisa kena infeksi dan menularkan penyakit ke orang lain," kata Syam, Senin (16/3).

Ia menuturkan penerapan isolasi mandiri bertujuan untuk mengurangi interaksi antarorang sehingga meminimalkan potensi penularan COVID-19, karena penyakit ini dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain.

Namun, saat isolasi mandiri, masih bisa pergi keluar rumah sebentar untuk membeli makanan kemudian kembali ke rumah. "Yang penting tidak berinteraksi dengan banyak orang," ujarnya.

Ari mengimbau masyarakat tidak perlu beramai-ramai menimbun stok kebutuhan sehari-hari, cukup membeli seperti biasa sewajarnya saja.

Menurut Ari, di tengah krisis masalah kesehatan ini, maka kepedulian terhadap sesama menjadi penting, salah satunya tidak melakukan berburu stok barang yang berpotensi menyebabkan harga barang naik karena sulit didapat di pasaran.

Jika berburu stok barang berlangsung dan harga barang jadi mahal, maka kelompok yang paling rentan adalah yang memiliki masalah ekonomi atau kurang mampu. Akhirnya, orang-orang kelompok ini tidak mampu membeli makan, lalu karena kurang makanan bergizi, daya tahan tubuh menjadi turun dan rentan terinfeksi virus dan penyakit. Dan mereka bisa menularkan kepada orang lain.

"Artinya kalau makanan mahal, orang akhirnya susah makan. Jangankan makan mesti teratur dan bergizi, (bisa) makan saja sudah sudah mahal semua akhirnya orang-orang ini akan terinfeksi, dan orang inilah yang akan bisa menyebarkan virus," kata dia. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home