Tiongkok Larang Perayaan Natal
Ratusan Gereja di Wenzhau dihancurkan. Pemerintah kampanye melarang budaya asing.
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Sebuah kota di Tiongkok telah melarang sekolah-sekolah mengadakan acara Natal, kata media pemerintah melaporkan pada hari Kamis (25/12), menyoroti kecurigaan resmi pemerintah tentang perayaan Natal yang makin populer di negeri itu.
Penduduk Kristen Tiongkok saat ini diperkirakan sekitar 60 juta dan tengan berkembang pesat yang ditandai perayaan Natal semakin banyak diselenggarakan di negara yang diperintah oleh Partai Komunis itu yang secara resmi menyebut sebagai ateis.
Biro pendidikan pemerintah di Wenzhou, sebuah kota pantai di Tiongkok timur yang kadang-kadang disebut sebagai "Yerusalem China" karena penduduk Kristen yang besar, melarang sekolah mengadakan perayaan Natal atau yang terkait "Natal’’, seperti dilaporkan Global Times.
Pejabat lokal mengatakan "sekolah diharapan lebih memperhatikan festival tradisional China bukan tradisi Barat", kata tabloid itu, yang memiliki hubungan dekat dengan Partai Komunis.
Dalam suasana Natal yang berkembang di Tiongkok dijadikan sebagai kesempatan untuk berbelanja, dan perdagangan memanfaatkan segala sesuatu untuk mendapatkan konsumen untuk membuka dompet mereka.
Gereja Dihancurkan
Namun pihak berwenang di Wenzhou tahun ini meluncurkan kampanye pembongkaran terhadap gereja-gereja lokal, dengan lebih dari 400 bagunan dipaksa diruntuhkan, dan sebagian benar-benar hancur.
Larangan itu datang sebagai sebuah universitas di Tiongkok tengah para siswa diminta menonton sebuah film dokumenter tentang kebijakan Confucius China, dan bukan merayakan Natal.
"Jadilah anak yang baik dan putri negara Anda, melawan gaya liburan Barat," tulis spanduk di kampus Universitas Northwest di kota kuno Xi'an, berdasarkan foto-foto diposting online.
"Tolak ekspansi budaya Barat," spanduk lain menyebutkan.
Seorang juru bicara universitas yang dikelola negara, seperti dikutip Guangming Daily, mengatakan bahwa sekolah mengimbau para siswa untuk lebih memperhatikan kebudayaan tradisional Tiongkok, dan tidak "mengidolakan festival asing".
Surat kabar itu menambahkan: "Setiap tahun Natal membawa perdebatan, dengan satu sisi mengatakan bahwa festival ini dapat membawa banyak hal-hal baru yang menggembirakan, dan di sisi lain mengatakan bahwa kita tidak boleh mengidolakan hal-hal asing dan mengabaikan festival tradisional Tiongkok."
Partai Komunis Tiongkok secara berkala menerbitkan selebaran tentang "infiltrasi budaya Barat" di tengah konsumsi tang terus tumbuh pada film asing, musik dan barang-barang lainnya.
Sebuah blog dari corong partai yang berkuasa, harian Rakyat, menampilkan gambar sekitar 10 mahasiswa di provinsi wilayah tengah, Hunan, yang memegang poster protes jalanan anti-Natal.
"Tolak Natal," tulis spanduk yang dipegang mahasiswa itu yang mengenakan pakaian tradisional Tuiongkok. "Orang-orang China tidak harus merayakan festival asing," kata dia. (AFP)
Kamala Harris Akui Kekalahan Dalam Pilpres AS, Tetapi Berjan...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, menyampaikan pidato pe...