Tokoh Jurnalis dan Oposisi terhadap Putin Meninggalkan Rusia
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Tokoh media Rusia, Ksenia Sobchak, yang juga putri mentor Vladimir Putin, telah meninggalkan negaranya ke Lithuania, kata pejabat perbatasan di Vilnius mengatakan pada hari Rabu (26/10), setelah kantor berita Rusia melaporkan bahwa dia telah menjadi tersangka dalam kasus pemerasan.
Sobchak menganggap kasus itu sebagai upaya pemerintah Rusia untuk menekan grup medianya, Attention Media. “Jelas bahwa ini adalah serangan terhadap tim editorial saya, tim editorial bebas terakhir yang tersisa di Rusia yang harus ditekan,” kata pria berusia 40 tahun itu di Telegram.
Seorang pejabat di layanan perbatasan negara bagian Lithuania yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan kepada AFP bahwa Sobchak telah tiba dengan paspor Israel.
Pada bulan September, Lithuania melarang masuknya orang Rusia yang bepergian dengan visa turis karena invasi Kremlin ke Ukraina.
Sobchak, seorang tokoh media populer dan jurnalis yang mencalonkan diri melawan Putin dalam pemilihan presiden 2018, disebutkan dia adalah putri baptisnya Putin.
Ayahnya, mendiang wali kota Saint Petersburg, Anatoly Sobchak, pernah menjadi bos Putin.
Sebelumnya pada hari itu, kantor berita Rusia TASS melaporkan bahwa Sobchak telah meninggalkan Moskow pada malam hari, mengutip sumber polisi yang mengatakan dia telah melakukan perjalanan ke Lithuania melalui Belarusia.
TASS dan saluran milik negara RT (Russia Today) mengutip sumber penegak hukum yang mengatakan Sobchak dicurigai melakukan pemerasan besar-besaran, kejahatan yang dapat dihukum hingga 15 tahun penjara.
Kirill Sukhanov, direktur komersial Attention Media, ditangkap awal pekan ini sebagai bagian dari penyelidikan.
Attention Media menjalankan sejumlah proyek media sosial, termasuk saluran YouTube Sobchak yang memiliki lebih dari tiga juta pelanggan. "Kirill, kami mencintaimu dan kami tidak percaya apapun," kata Sobchak di Telegram.
Media Rusia mengatakan vila Sobchak di luar Moskow digeledah sehubungan dengan kasus terhadap direktur komersialnya, Arian Romanovsky.
Sobchak telah bertahun-tahun terlibat dalam politik oposisi Rusia, meskipun dia tetap menjadi sosok yang memecah belah di antara para kritikus Putin. Ketika dia mencalonkan diri sebagai presiden melawan Putin pada 2018, politisi oposisi Rusia menuduhnya digunakan oleh Kremlin sebagai kandidat spoiler.
Ribuan orang Rusia telah meninggalkan negara itu sejak Putin melancarkan serangan ke Ukraina pada bulan Februari, dengan gelombang kedua pergi setelah dia mengumumkan mobilisasi militer pada 21 September. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Tanda-tanda Kelelahan dan Stres di Tempat Kerja
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Stres berkepanjangan sering kali didapati di tempat kerja yang menyebabka...