Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:06 WIB | Jumat, 07 Juni 2019

Tol Trans Jawa akan Macet Jika Masyarakat tidak Beralih ke Transportasi Umum

Bagi sejumlah pemudik, transportasi umum belum menjadi pilihan. (Foto: bbc.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Momen mudik Idul Fitri tahun ini disebut Kementerian Perhubungan jauh lebih lancar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena Tol Trans Jawa sudah beroperasi penuh.

Namun, jalur ini diperkirakan akan tersendat dalam waktu tiga hingga lima tahun mendatang jika pemudik tidak beralih ke transportasi umum.

Menurut data yang disusun Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, 40 persen  pemudik Jabodetabek memilih mudik melalui Tol Trans Jawa, yang diresmikan pada akhir tahun lalu.

Berbagai langkah pun akan dilakukan untuk memastikan jalur ini dapat diandalkan saat puncak arus balik Lebaran yang diprediksi akan terjadi pada akhir pekan 8 dan 9 Juni.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Budi Setiyadi, mengatakan sistem satu arah akan diberlakukan dari Kalikangkung, Jawa Tengah, hingga Cikampek Utara mulai 7 sampai 10 Juni untuk mengantisipasi kepadatan. Kebijakan itu akan dimulai pukul 12.00 siang hingga 24.00.

"Setelah one way itu pasti ada contra flow, karena kalau tidak, akan terjadi kepadatan di Km 70 ke arah Jakarta," kata  Budi.

Lalu Lintas Lebih Lancar, Preseden Baik untuk Tahun Mendatang?

Seorang pemudik yang menggunakan mobil pribadi, Fachrul Sidiq, mengatakan keyakinannya arus balik akan lancar, melihat pengalaman mudiknya melalui Tol Cikopo-Palimanan, yang merupakan bagian Tol Trans Jawa.

Warga Tangerang Selatan yang mudik ke Kuningan, Jawa Barat, lalu ke Wangon, Jawa Tengah itu, mengatakan akan kembali pada puncak arus mudik pada tanggal 8 Juni.

"Nggak terlalu khawatir sih (akan macet). Kemungkinan besar kondisi lalu lintasnya sama kayak kemarin pas mudik ke Cirebon, Kuningan, nggak ada penumpukan. Bahkan Jakarta-Kuningan yang tahun lalu hampir sembilan jam, mudik kemarin cuma sekitar empat jam," kata Fachrul.

Pemerintah mengklaim kelancaran arus mudik terjadi karena infrastruktur, terutama Tol Trans Jawa, yang sudah beroperasi penuh.

Lalu, apakah manajemen mudik tahun ini pantas dijadikan cetak biru pengelolaan mudik untuk tahun mendatang?

Deddy Herlambang, peneliti Institut Studi Transportasi (Instran) menyebut mudik tahun ini lebih lancar karena infrastruktur yang sudah tersedia, seperti Tol Trans Jawa dan Trans Sumatera, juga rekayasa lalu lintas yang ada.

Sama seperti arus balik, kementerian juga menerapkan rekayasa satu arah dan lawan arus saat puncak arus mudik lalu.

Menurut Deddy, meski kemacetan berkurang, pemerintah perlu mewaspadai "titik jenuh" yang dapat terjadi.

"Suatu saat akan terjadi titik jenuh, akan stuck juga semacam Brexit dulu, karena infrastruktur akan seperti itu, sedangkan jumlah mobil dan motor akan selalu bertambah," kata Deddy, seperti dilansir bbc.com pada Kamis (6/6).

Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya menyebut setiap tahunnya jumlah pemudik terus meningkat.

Pada tahun ini, Budi mengestimasi, jumlah pemudik tahun ini bertambah sebanyak 6 persen  dibandingkan tahun lalu.

Berpotensi Padat di Tahun-tahun Mendatang

Hal itu diakui oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Budi Setiyadi, yang menyebut dalam waktu tiga hingga lima tahun mendatang jalur Tol Trans Jawa akan memasuki masa jenuh, dan mengalami kepadatan jika tidak ada perubahan pola mudik masyarakat.

"Yang kita harapkan, harus diimbangi juga dengan pembangunan prasarana transportasi umum kemudian sambil mengubah mindset masyarakat untuk kembali ke angkutan umum, meninggalkan kendaraan pribadi," kata Budi.

Menurut Deddy Herlambang, penggunaan transportasi umum, khususnya bus untuk mudik tidak mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya.

Hanya tahun ini, kata Deddy, berdasarkan pengamatannya di terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur, jumlah penggunaan bus meningkat hingga lebih dari 30 persen, karena harga tiket pesawat yang mahal.

Padahal, kata Deddy, penggunaan kendaraan umum harus terus dipromosikan, karena jauh lebih aman bagi para pemudik,.

Budi mengatakan, tahun depan pemerintah akan membenahi terminal-terminal yang ada di Jawa, dengan menggelontorkan uang sekitar Rp500 miliar.

Dengan perbaikan dan peningkatan jumlah bus, katanya, ia berharap pemudik dapat beralih ke angkutan umum.

"Kalau bisa seperti itu, mungkin ada pelambatan titik jenuh... mungkin waktunya lebih lama, bisa 10 tahun," kata  Budi.

Meski begitu, transportasi umum tampaknya belum menjadi pilihan pemudik.

Salah satu pemudik yang menggunakan mobil pribadi ke Madiun, Jawa Timur, Astrid Satyavani, mengatakan dia belum terpikir beralih ke kendaraan umum.

"Aku banyak bawa orang dan bawa barang, kayaknya nggak fleksibel naik bus," katanya.

Hal senada diungkapkan pemudik Fachrul Sidiq yang menyebut angkutan umum belum menjadi alternatif baginya karena banyaknya barang bawaan saat mudik.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home