Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 08:27 WIB | Selasa, 07 April 2020

Trend Global Krisis COVID-19: KDRT Terhadap Perempuan Meningkat

(Foto ilustrasi: Ist)

SATUHARAPAN.COM-Meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap perempuan menjadi tren global selama krisis pandemi virus corona baru. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, telah memperingatkan tentang "lonjakan global yang mengerikan" ini dan mendesak pemerintah untuk meningkatkan upaya untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan.

“Kami tahu penguncian (lockdown) dan karantina sangat penting untuk menekan penyebaran COVID-19. Tapi mereka bisa menjebak perempuan dengan pasangan yang kasar,” kata Guterres di siteus PBB dan dalam pesan video yang diposting di Twitter.

"Bagi banyak perempuan dan anak perempuan, ancaman itu tampak paling besar di mana mereka seharusnya paling aman di rumah mereka sendiri," katanya.

Di beberapa negara, jumlah perempuan yang menelepon layanan dukungan meningkat dua kali lipat, penyedia layanan kesehatan dan polisi kewalahan dan kekurangan tenaga kerja, dan kelompok-kelompok pendukung lokal “lumpuh” atau kekurangan dana, kata Sekjen PBB.

Di Negara Maju Maupun Miskin

Data PBB mengungkapkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan terhadap perempuan telah meningkat di beberapa negara. Kombinasi tekanan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh pandemi, serta pembatasan gerakan, telah secara dramatis meningkatkan jumlah perempuan dan anak perempuan yang menghadapi pelecehan, di hampir semua negara.

Padahal, sebelum penyebaran secara global virus corona baru itu, statistik telah menunjukkan bahwa sepertiga perempuan di seluruh dunia mengalami beberapa bentuk kekerasan dalam hidup mereka.

Masalah ini mempengaruhi negara maju maupun miskin, hampir seperempat mahasiswa perempuan melaporkan telah mengalami pelecehan seksual atau perilaku salah di Amerika Serikat, sementara di Afrika Sub-Sahara, kekerasan oleh pasangan menjadi kenyataan bagi 65 persen perempuan.

Sejak pandemi itu, PBB melaporkan panggilan telefon bantuan telah berlipat ganda, seperti terjadi diLebanon dan Malaysia. Sementara itu, di China panggilan telefon itu berlipat tiga; dan di Australia, mesin pencari seperti Google melihat besarnya pencarian bantuan atas kekerasan dalam rumah tangga dalam lima tahun terakhir.

Kerasan Rumah Tangga di Istanbul

Sementara itu di Turki dilaporkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga meningkat 38,2 persen di kota Istanbul selama pandemi virus corona baru, karena sebagian besar warga Turki harus tinggal di rumah, dan banyak perempuan yang “terkurung” di rumah bersama pelaku kekerasan, menurut laporan media setempat, Hurriyet, hari Senin (6/4).

Di sisi lain angka kejahatan menurun sekitar 40 persen, karena seluruh penduduk diminta pemerintah untuk "tinggal di rumah."

Ada 1.804 insiden kekerasan dalam rumah tangga di Istanbul pada bulan Maret 2019, namun jumlah insiden ini meningkat menjadi 2.493 pada bulan yang sama tahun ini, meningkat 38,2 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Menurut informasi yang dikumpulkan dari data Departemen Kepolisian Istanbul, 13.538 kejahatan terjadi pada Maret tahun lalu, sementara tercatat11.578 insiden kejahatan yang sama terjadi pada Maret tahun ini.

Sebanyak 958 kejahatan dilakukan oleh pencopet 958 pada bulan Maret tahun lalu, dan bulan Maret tahun ini terlihat tercatat 393 kejahatan oleh pencopet, terjadi penurunan 59 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, kejahatan pencurian menurun 44 persen dan pembunuhan 36 persen.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home