Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 06:00 WIB | Sabtu, 21 Maret 2015

"Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus!"

Menjadi jembatan merupakan panggilan setiap Kristen.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – ”Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus.” (Yoh. 12:21). Demikianlah permohonan beberapa orang Yunani kepada Filipus.

Kisah orang-orang Yunani yang ikut merayakan Paskah di Yerusalem hanya ada dalam Injil Yohanes. Bukan kebetulan. Pada awalnya, penulis Injil Yohanes memang mengalamatkan bukunya kepada para penggelut filsafat. Bicara filsafat, bangsa Yunani terdepan di masanya.

Lalu, apa makna permohonan itu? Mengapa mereka ingin bertemu Yesus? Sejarah mencatat, bangsa Yunani gemar mengembara. Menurut William Barclay, mereka mengembara karena didorong gairah untuk mendapatkan hal baru. Dengan kata lain, orang Yunani ingin mengetahui dan mempelajari segala hal. Mereka adalah pencari kebenaran. Tak heran, filsafat Yunani berkembang pesat dan terasa pengaruhnya hingga kini. Orang Yunani selalu berhasrat mencari.

J.H. Bernhard, sebagaimana dikutip William Barclay, berpendapat, orang-orang Yunani itu kemungkinan besar menyaksikan tindakan Yesus mengusir para pedagang di Bait Allah. Mereka agaknya mendengar alasan kemarahan Yesus: ”Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!” (Mrk. 11:17).

Peristiwa pembersihan Bait Allah itu mungkin membuat orang-orang Yunani itu terharu. Di mata mereka, Yesus peduli akan keberadaan bangsa-bangsa  lain. Guru dari Nazaret itu mempedulikan kebutuhan rohani mereka. Oleh karena itu, mereka mendekati Filipus untuk dapat bertemu Yesus.

Mengapa Filipus? Kemungkinan besar karena Filipus adalah nama Yunani. Bisa jadi mereka beranggapan, orang yang bernama Yunani itu pasti akan mau menolong mereka. Pada masa itu kebanyakan orang Yahudi memandang  rendah bangsa lain. Persoalannya: Filipus sendiri tak tahu harus berbuat apa.

Kelihatannya, Filipus tidak tahu pasti akan tanggapan Yesus. Mungkin dia khawatir, Yesus akan bersikap sama seperti orang Yahudi lainnya. Jika demikian, tentu tak ada gunanya menyampaikan keinginan orang-orang Yunani itu.

Filipus diharapkan menjadi jembatan. Dari sisi orang Yunani, nama Filipus terasa dekat. Tetapi, persoalannya, sekali lagi, Filipus tidak sungguh-sungguh tahu apa kehendak Yesus sehingga dia gagal menjadi jembatan. Filipus mungkin mengasihi orang-orang Yunani itu, tetapi dia tidak tahu apakah Yesus akan menerimanya atau tidak?

Untunglah Filipus tak berhenti dalam kebingungan. Dia menyampaikan keinginan itu kepada Andreas. Mereka berdua kemudian menyampaikan keinginan orang Yunani itu kepada Yesus. Andreas tampaknya yakin bahwa Yesus tidak akan menolak orang-orang Yunani itu. Andreas tahu apa yang dikehendaki Yesus dalam hal ini. Dia tidak ragu membawa beberapa orang Yunani itu kepada Yesus. Pada titik ini Andreas mampu menjadi jembatan: Dia mengasihi orang-orang Yunani itu dan sungguh mengenal Yesus.

Sejatinya, menjadi jembatan merupakan pangilan setiap Kristen. Menjadi jembatan antara manusia dan Allah. Pertanyaannya: apakah kita telah menjalani panggilan menjadi jembatan dalam hidup sesehari? Syaratnya cuma dua: sungguh-sungguh diterima manusia dan mengetahui kehendak Allah.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home