Tuban Gelar Festival Budaya Kalang
TUBAN, SATUHARAPAN.COM - Wong Kalang, budaya Kalang, atau peradaban Kalang menurut penelitian Soelardjo Pontjosoetirto merujuk pada keberadaan orang Kalang yang tersebar di sepanjang sisi utara dan selatan Pulau Jawa.
Di kalangan Wong Kalang sendiri diyakini, keberadaan mereka sudah ada sejak awal Kerajaan Mataram. Tepatnya ketika Mataram diperintah Sultan Agung. Tetapi ada pendapat lain yang menduga keberadaan Wong Kalang sudah ada sebelum pengaruh Hindu masuk ke Jawa. Pendapat itu berdasar pada terdapatnya istilah Kalang dalam prasasti Kuburan Candi di Tegalsari, Tegalharjo, Kabupaten Magelang, berangka tahun 753 saka atau 831 masehi.
Keturunan Wong Kalang banyak terdapat di kawasan pinggiran pegunungan selatan Jawa Tengah, seperti di Kebumen, Purworejo, Cilacap, dan Surakarta. Di Yogyakarta, pada masa kolonial Belanda mereka banyak tinggal di Kotagede.
Di kawasan pesisir utara Jawa Tengah, wong Kalang banyak tinggal di Tegal, Pekalongan, Kendal, Kaliwungu, Semarang, dan Pati. Di Jawa Timur, keluarga Kalang banyak terdapat di Bojonegoro, Tuban, Surabaya, Bangil, Pasuruan, Tulungagung dan Malang.
Salah satu artefak Kalang adalah situs megalitik kuburan Kalang yang banyak terdapat di sekitar hutan-hutan jati. Minimnya data dan sedemikian banyaknya sebaran situs Kalang pada sisi lain maraknya penjarahan situs Kalang sementara belum ada upaya yang maksimal dari para pihak (stake holders) untuk menyelamatkan situs tersisa menjadi pekerjaan rumah bersama banyak pihak.
Berawal dari keprihatinan tersebut, para pemerhati Kalang dari Tuban Rembang Blora bersama Sanggar Gaung Prana Jati Sekaran Kecamatan Jatirogo-Tuban, Jawa Timur pada 9-10 September 2017 akan menggelar Festival Budaya Kalang (FBK). Upaya tersebut mendapat sambutan dari Perhutani kesatuan pemangkuan hutan (KPH) Kebonharjo yang berada di perbatasan Kecamatan Sale-Rembang dan Kecamatan Jatirogo-Tuban dengan memfasilitasi pelaksanaan acara di tempat penimbunan kayu (TPK).
Dalam Festival Budaya Kalang akan digelar beberapa kegiatan panggung seni yang akan menghadirkan seniman dalam dan luar negeri diantaranya Arrington de Dionyoso (USA), Gilles Saisi (Prancis), Saung Swara (Salatiga), Sekrtaji (Yogyakarta), Ganesa Bakti Pertiwi (Karangkates-Malang), Log Sanskrit (Yogyakarta), Selendang Wangi (Univ. Negeri Jember), Agus Riyanto (Batu), Komunitas Walikukun (Tulungagung), serta penampilan dari Gaung Pranajati (campursari), SMP N 1 Jatirogo dengan grup barongan/gendruwon Kridho Siswo Linuwih, serta PHK Tambakboyo (performnace art). Pada saat bersamaan dihelat juga melukis dan membuat mural on the spots melibatkan pengunjung yang hadir.
Dalam Jagongan Budaya Kalang pada tanggal 10 September menghadirkan J. F. X. Hoerry salah seorang sastrawan Jawa asal Bojonegoro pernah menulis sebuah buku napak tilas Wong Kalang Bojonegoro dan Dwi Cahyono, dilanjutkan dengan Jelajah Situs Kalang. Di sekitar panggung digelar pameran keris dan peninggalan masyarakat Kalang.
Kepada satuharapan.com, nara hubung acara Agus Hewodn Selasa (6/9) menjelaskan bahwa acara Festival Budaya Kalang merupakan upaya untuk menjaring dan mengumpulkan para pegiat-pemerhati budaya Kalang dan masyarakat luas beserta dinamikanya dalam sebuah gelaran budaya sebagai bagian dari konservasi, pelestarian, dan pengembangan budaya. Dengan demikian FBK menjadi salah satu bentuk edukasi seni-budaya yang diharapkan bisa berdampak pada kesadaran sejarah dan kesejahteraan masyarakat.
BI Klarifikasi Uang Rp10.000 Emisi 2005 Masih Berlaku untuk ...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bank Indonesia (BI) mengatakan, uang pecahan Rp10 ribu tahun emisi 2005 m...