Loading...
RELIGI
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:47 WIB | Selasa, 22 November 2016

Turki Kecam Rencana Israel Batasi Volume Azan

ANKARA, SATUHARAPAN.COM - Turki menyebut, rancangan undang-undang (RUU) yang sedang dibahas di parlemen Israel untuk membatasi volume azan di masjid tidak bisa diterima dan penghinaan pada Senin (21/11).

Israel dan Turki pada tahun ini akhirnya memulihkan hubungan dengan menunjuk duta besar, tapi potensi ketegangan hubungan antara kedua negara masih cukup besar.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendukung RUU tersebut, yang jika disetujui akan berlaku di Israel dan juga wilayah aneksasi Jerusalem timur tempat lebih dari 300.000 warga Palestina tinggal.

Wakil Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus mengatakan, bahwa selama berabad-abad suara azan, lonceng gereja dan doa Yahudi berbaur di Yerusalem yang terdiri dari beragam agama.

“Ini sesuatu yang tidak bisa dikompromikan,” kata Kurtulmus, yang menjabat sebagai kepala juru bicara pemerintah, setelah rapat kabinet. Ini benar-benar tidak dapat diterima.

Ini merupakan penghinaan terhadap budaya, masa lalu dan sejarah Yerusalem. Tidak masuk akal dan bertentangan dengan kebebasan beragama.

RUU tersebut awalnya ditentang kalangan Yahudi ultra-Ortodoks, yang cemas ritual Yahudi juga akan terkena imbasnya, tapi itu akan dibangkitkan kembali setelah berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi kekhawatiran mereka.

RUU tersebut disusun, untuk menanggapi keluhan tentang kebisingan dari masjid tapi dalam teorinya akan berlaku bagi semua lembaga keagamaan.

Warga Yahudi Israel yang tinggal di permukiman di Yerusalem timur memprotes volume azan.

Hubungan antara Israel dan Turki, terperosok ke titik terendah sepanjang sejarah pada 2010 setelah serangan Israel yang menargetkan kapal Turki dan menewaskan 10 aktivis Turki yang menuju ke Gaza.

Namun, kedua belah pihak sudah berusaha untuk memulihkan kerja sama ke tingkat semula, dan mengadakan pembicaraan mengenai pembangunan proyek jaringan pipa ambisius untuk memompa gas Israel ke Turki dan Eropa.(AFP/Ant)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home