Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 10:42 WIB | Selasa, 04 Mei 2021

UEA Teliti Kekebalan Unta terhadap COVID-19

Sekawanan unta berjalan melintasi alam liar di Ras al-Khaimah, Uni Emirat Arab, pada 1 Oktober 2016. (Foto: dok. AP)

DUBAI, SATUHARAPAN.COM-Seorang ilmuwan Uni Emirat Arab (UEA) memelopori penelitian yang melihat bagaimana unta agar menjadi kebal terhadap virus COVID-19, dan berharap itu dapat memberikan jawaban penting tentang cara menangani pandemi global dan merawat pasien yang terinfeksi.

Ulrich Wernery, ahli mikrobiologi veteriner di Dubai dan kepala Pusat Laboratorium Penelitian Hewan UEA, dan timnya menyuntikkan sampel mati virus COVID-19 ke tubuh unta dromedaris (satu punuk-Red.) untuk memeriksa antibodi yang diproduksi oleh hewan gurun itu, katanya dikutip Al Arabiya.

Selama ini unta juga dikenal sebagai penyebab sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS/Midle East Respiratory Syndrome), penyakit pendahulu COVID-19 yang diketahui menyebabkan penyakit pernapasan akut, masalah pencernaan, gagal ginjal, dan kematian. Dan penelitian menunjukkan bahwa unta dromedaris sebenarnya kebal terhadap virus corona baru, COVID -19.

Hal ini karena unta tidak memiliki reseptor virus, sel inang yang dikenali oleh virus sebagai pintu gerbang untuk masuk ke dalam sel, seperti yang dimiliki manusia dan hewan lain yang membuat mereka rentan terhadap COVID-19, kata Wernery.

“MERS-CoV, (pada unta) bisa “berlabuh” tapi tidak membuat sakit,”katanya. "Dengan COVID-19, virus tidak dapat menempel pada sel mukosa unta di saluran pernapasan karena reseptornya tidak ada atau tumpul."

“Ini membuat semuanya sangat menarik. Selain manusia, cerpelai dan kucing (kecil dan besar, seperti harimau dan singa) bisa tertular COVID-19 dan dapat menularkan virus ke kucing lain dan ke manusia dan sebaliknya. Tapi tidak pada unta."

COVID-19 telah ditemukan di antara beberapa hewan. Gorila di Kebun Binatang San Diego adalah primata non-manusia pertama yang dites positif terkena virus corona.

Seekor kucing di Surrey, Inggris Raya, menjadi hewan pertama di Inggris yang dites positif. Seekor harimau di Kebun Binatang Bronx adalah hewan pertama di Amerika Serikat yang dites positif. Kucing Besar lainnya dinyatakan positif, termasuk empat singa di Kebun Binatang Barcelona. Seekor macan tutul salju di Kebun Binatang Kentucky juga dinyatakan positif terkena virus.

Strain mutan virus juga ditemukan di cerpelai Denmark, yang menyebabkan 17 juta sawta itu harus dimusnahkan. Anjing gembala Jerman adalah anjing pertama di AS yang dikonfirmasi dengan COVID-19 yang dikonfirmasi.

Namun, para ilmuwan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan risiko hewan menyebarkan COVID-19 ke manusia tergolong rendah. Meski sumber pasti COVID-19 tidak diketahui, para ilmuwan WHO yakin kemungkinan itu berasal dari kelelawar.

Wernery mengatakan bahwa dia berharap studi penting yang dilakukannya dapat memberikan jawaban lebih lanjut tentang COVID-19, dan berpotensi memberikan opsi pengobatan alternatif. "Kami telah mengimunisasi unta kami dengan virus COVID-19 yang mati untuk menghasilkan antibodi dan kami menggunakan darah ini untuk membuat tes yang lebih baik untuk diagnosis COVID-19."

“Kami berharap suatu hari nanti kami dapat menggunakan darah, antibody, dari unta untuk mengobati manusia melawan infeksi COVID-19. Ini semua di dalam jalur penelitian."

Sampai saat ini, vaksin, yang bekerja untuk mengenali dan melawan virus dan bakteri yang menjadi targetnya, adalah satu-satunya bentuk pengobatan yang diakui oleh WHO.

Setidaknya tujuh vaksin COVID-19 yang berbeda telah diluncurkan di negara-negara di seluruh dunia. Pada saat yang sama, lebih dari 200 kandidat vaksin tambahan sedang dikembangkan. Dan Lebih dari 150 juta orang di seluruh dunia telah dinyatakan positif COVID-19 sejak merebaknya pandemi. (Al Arabiya)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home