Loading...
BUDAYA
Penulis: Sabar Subekti 13:21 WIB | Selasa, 25 Agustus 2015

UNESCO: Ekstremis Tak Bisa Bungkam Sejarah

Situs peninggalan sejarah di Palmyra, Suriah, yang menjadi target serangan sektarian ISIS. (Foto: UNESCO)

SATUHARAPAN.COM – Direktur Jenderal UNESCO, Irina Bukova, menegaskan bahwa kelompok ekstrimis "tidak bisa membungkam sejarah." Dan dia mengecam keras penghancuran kuil Baalshamin di almyra, Suriah, oleh kelompok ISIS (Islamic State of Iraq and Syria).

Padam pernyataannya hari Senin (24/8), Dirjen Organisasi PBB untuk Pendidikan, Sain dan Kebudayaan (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization / UNESCO) itu mengatakan, mengutuk tegas penghancuran kuil kuno Baalshamin yang merupaka situs warisan dunia.

"Penghancuran sistematis terhadap simbol budaya yang mewujudkan keragaman budaya Suriah mengungkapkan maksud sebenarnya dari serangan tersebut, yaitu untuk mencabut rakyat Suriah dari pengetahuan, identitas dan sejarah mereka,’’ kata Bokova dalam siaran pers.

Penghancuran itu dilakukan sepekan setelah pembunuhan terhadap Profesor Khaled al-Assaad, arkeolog yang menapilkan peninggalan Palmyra selama empat dekade. Menurut UNESCO, penghancuran itu adalah kejahatan perang baru dan kerugian besar dialami rakyat Suriah dan untuk kemanusiaan.

Menurut UNESCO, kuil Baalshamin dibangun sekitar 2.000 tahun yang lalu, dan menjadi saksi kedalaman sejarah pra-Islam dari negara itu. Menurut beberapa laporan, bangunan itu diledakkan pada hari Minggu (23/8). Cella, atau bagian dalam peninggalan itu mengalami rusak berat, dan diikuti oleh runtuhnya tiang di sekitarnya.

Struktur kuil Baalshamin bertanggal pada era Romawi. Angunan itu didirikan pada abad pertama Masehi dan selanjutnya diperbesar oleh kaisar Romawi, Hadrian. Kuil ini salah satu bangunan yang paling penting dan paling lestari di Palmyra.

Kulil ini adalah bagian dari situs yang lebih besar dari Palmyra, salah satu pusat budaya yang paling penting dari dunia kuno, dan terkenal karena sisa reruntuhan monumental Yunani-Romawi. Situs itu berulang kali dijadikan target oleh Da'esh (sebutan lain untuk ISIS atau ISIL / Islamic State of Iraq and levant) sejak Mei 2015.

Seni dan arsitektur Palmyra memperlihatkan gabungan dan persilangan beberapa peradaban, dan mejadi simbol dari kompleksitas dan kekayaan identitas Suriah dan sejarahnya, kata  Bokova.

"Ekstrimis berusaha untuk menghancurkan keragaman dan kekayaan ini, dan saya menyerukan kepada masyarakat internasional untuk bersatu melawan pembersihan budaya persisten ini,’’ kata dia.

 Da'esh membunuh orang dan menghancurkan situs budaya, tetapi tidak dapat membungkam sejarah, dan akhirnya akan gagal untuk menghapus budaya besar ini dari ingatan dunia. Meskipun ada rintangan dan fanatisme, kreativitas manusia akan menang, bangunan dan situs akan direhabilitasi, dan beberapa akan dibangun kembali, kata Bukova.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home