UNESCO: Satu Wartawan Terbunuh Setiap Empat Hari
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Lebih dari 100 wartawan tewas tahun lalu saat melakukan pekerjaan mereka, menurut badan PBB yang bertugas membela kebebasan pers.
Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) mengatakan 101 wartawan tewas pada tahun 2016, setara dengan satu wartawan setiap empat hari.
"Profesi jurnalis bukanlah profesi yang aman, dan menunjukkan kartu pers atau memamerkan peralatan media sering menjadi alasan untuk menyasar mereka," kata Frank La Rue, asisten direktur komunikasi UNESCO. dilansir dari situs resmi PBB, un.org.
Badan PBB mengkoordinasikan Rencana Aksi PBB untuk Keselamatan Jurnalis dan Isu Impunitas (UN Plan of Action of the Safety of Journalists) yang diharapkan dapat membantu pekerja media dan jurnalis yang bekerja dalam situasi konflik dan non-konflik.
Menurut angka terbaru yang dirilis, wartawan yang paling banyak kehilangan nyawa ada di negara-negara Arab, tempat konflik bersenjata berlangsung di Suriah, Irak dan Yaman. Berikutnya adalah Amerika Latin adn Karibia.
Direktur Jenderal UNESCO, Irina Bokova, mengutuk setiap pembunuhan wartawan dan menyerukan agar pihak berwewenang melakukan investigasi atas pembunuhan tersebut.
Selain ancaman kekerasan fisik, wartawan juga menjadi sasaran ujaran kebencian dan pelecehan yang bias gender.
"Ketika kejahatan terhadap wartawan, tetap tak dihukum, itu berarti media akan terus diganggu dan diserang," lanjut La Rue. "Impunitas secara perlahan membungkam jurnalis dan media, di mana rasa takut akan pembalasan berubah menjadi swa-sensor, yang merampas dari setiap kita informasi yang penting."
Editor : Eben E. Siadari
Penasihat Senior Presiden Korsel Mengundurkan Diri Masal
SEOUL, SATUHARAPAN.COM - Para penasihat senior Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, termasuk kepala...