Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 10:21 WIB | Sabtu, 24 Juli 2021

UNESCO Tidak Masukkan Great Barrier Reef di Daftar ”Dalam Bahaya”

Sekelompok ikan berenang di atas koloni karang staghorn yang tumbuh di Great Barrier Reef di lepas pantai Cairns, Australia, pada 25 Oktober 2019. (Foto: dok. Reuters)

BEIJING, SATUHARAPAN.COM-Great Barrier Reef, kawasan terumbu karang di Australia, tidak akan ditambahkan ke daftar Situs Warisan Dunia yang "dalam bahaya," setelah panel badan PBB pada hari Jumat (23/7) setuju untuk menunda pemungutan suara hingga 2022 di tengah lobi intensif oleh Australia.

Komite Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNESCO) bulan lalu merekomendasikan Great Barrier Reef diklasifikasikan sebagai "dalam bahaya", yang mendapat tanggapan marah dari Australia.

Putus asa untuk menghindari klasifikasi memalukan secara politis untuk objek wisata yang menarik sekitar lima juta orang setiap tahun, dan mendukung hampir 70.000 pekerjaan, Menteri Lingkungan Australia, Sussan Ley, melakukan perjalanan ke lebih dari selusin negara dalam beberapa pekan terakhir untuk mendapatkan dukungan.

Berbicara sebelum keputusan itu, Ley meyakinkan panel 21 negara bahwa Canberra berkomitmen untuk mengatasi perubahan iklim, salah satu faktor kunci dalam rekomendasi awal. “Setiap warga Australia berinvestasi besar-besaran dalam perlindungan terumbu penghalang kami,” kata Ley dalam pertemuan virtual itu.

Tak lama kemudian anggota komite menyetujui amandemen yang mengharuskan Australia untuk menghasilkan laporan terbaru tentang keadaan terumbu karang pada Februari 2022 ketika pemungutan suara dapat dilakukan untuk mengklasifikasikan situs tersebut sebagai dalam bahaya.

Kelompok lingkungan mengkritik keputusan tersebut. “Ini adalah kemenangan untuk salah satu upaya lobi yang paling sinis dalam sejarah baru-baru ini,” kata David Ritter, CEO Greenpeace Australia.

“Ini bukan pencapaian, ini adalah hari yang buruk bagi pemerintah Australia.”

Ketergantungan Australia pada pembangkit listrik tenaga batu bara menjadikannya salah satu penghasil karbon terbesar di dunia per kapita, tetapi pemerintah konservatifnya dengan teguh mendukung industri bahan bakar fosil, dengan mengatakan tindakan yang lebih keras terhadap emisi akan merugikan pekerjaan. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home