Loading...
DUNIA
Penulis: Prasasta Widiadi 18:01 WIB | Selasa, 22 Desember 2015

UNHCR Bantu Pengungsi kembali ke Liberia, Pasca Ebola Mereda

Ilustrasi: Suasana di pengungsian perbatasan antara Pantai Gading dan Liberia. (Foto: unhcr.org).

PROLLO, SATUHARAPAN.COM – Badan Pengungsi PBB (UNHCR) membantu  sukarela puluhan ribu pengungsi Liberia, yang mencoba masuk kembali ke negaranya dari Pantai Gading, karena setelah  lebih dari satu tahun mengungsi di perbatasan kedua negara karena wabah Ebola yang mematikan.

"Ini adalah hari yang sangat penting dan menggembirakan yang akan memungkinkan para pengungsi  akhirnya kembali dan membantu membangun kembali negara mereka dan melanjutkan kehidupan normal di rumah mereka sendiri setelah beberapa tahun di pengasingan," kata Ndeye Ndour, Perwakilan UNCHR Liberia, di Prollo, Liberia, seperti diberitakan situs resmi UNHCR, hari Senin (21/12).

Ndour mengucapkan terima kasih kepada pemerintah kedua negara untuk memungkinkan para pengungsi Liberia  kembali  melanjutkan perjalanan pulang.

Para pengungsi sempat tertahan di sekitar perbatasan kedua negara karena  perbatasan darat ditutup untuk mencegah penyebaran Ebola.

Beberapa pengungsi  dari  total 38.000 pengungsi, yang tercatat UNHCR, Liberia yang berada di kamp-kamp perbatasan  mengatakan mereka ingin kembali segera.

Sebuah konvoi truk yang membawa 244 orang, berangkat pada hari Jumat (18/12) dari kota pesisir Harper,  Liberia bagian Timur, para pengungsi tersebut akan diseberangkan menuju desa Tabou, di  barat daya Pantai Gading, sebelum nantinya mengambil feri untuk menyeberangi perbatasan sungai.  

Konvoi kedua yang membawa 401 orang akan meninggalkan  kamp pengungsi yang ada di Grand Gedeh County,  di bagian barat Pantai Gading.

“Kami akan kehilangan kehidupan kita di sini. Anak-anak saya akan kehilangan teman-teman mereka, tapi sekeras apapun perjuangan kita harus tetap berangkat, kita harus pulang,” kata seorang pengungsi yang telah berkeluarga.

 “Hari ini adalah hari yang kita nanti-nantikan,” lanjut  pengungsi tersebut.   

Dua konvoi direncanakan akan kembali diberangkatkan sebelum akhir tahun 2015, sehingga jumlah yang diharapkan kembali pada akhir 2015  lebih dari 1.000 orang.

“Konvoi akan melewati jalan beraspal yang khusus telah diperbaiki UNHCR, karena perbatasan masih ditutup. Kembali akan terus pada bulan Januari, dengan perbaikan jalan yang direncanakan untuk meningkatkan akses,” Ndour menjelaskan.

Ndour menjelaskan para pengungsi  dibawa kembali ke Liberia dan ke kota-kota atau desa tempat mereka berasal dan UNHCR akan memberi peralatan dapur, kasur, kelambu dan barang-barang bantuan dasar lainnya,  untuk membantu mereka membangun kembali kehidupan mereka, tidak ketinggalan program pangan dunia (WFP) akan memberi bantuan  makanan.

Ndour menjelaskan UNHCR akan membantu menyatukan kembali para pengungsi yang sempat tercerai-berai  di Liberia.  Pemerintah Pantai Gading, Ndour menjelaskan, juga melakukan sejumlah program membantu anak-anak  kembali memperoleh  akses ke pendidikan. 

Para pengungsi Liberia, menurut catatan UNCHR, yang ada di perbatasan  tersebut tidak hanya warga Liberia yang menghindar dari wabah Ebola, namun mereka juga bercampur dengan 300.000 orang Pantai Gading yang melarikan diri dari kekerasan saat  pemilihan presiden Pantai Gading pada bulan November 2010. Saat itu terjadi krisis politik dan kepemimpinan, sebelum krisis itu berakhir pada April 2011 saat Alassane Ouattara sebagai presiden Pantai Gading.

Beberapa bulan yang lalu UN Women—Badan PBB untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan mendukung usaha di negara-negara yang terkena dampak krisis Ebola di Afrika Barat, UN Women membantu penguatan ketahanan pangan dan advokasi untuk meningkatkan pemahaman tentang dimensi gender dari wabah dan pentingnya dalam membantu untuk mengekang penyebaran dan mengurangi dampaknya.

Ahli kemanusiaan gender dalam aksi kemanusiaan dikerahkan untuk mendukung respons yang berkelanjutan dan UN Women bekerja sama dengan United Nations Country Team di Sierra Leone meluncurkan Strategi Pengarusutamaan Gender dalam Menghadapi Ebola pada puncak krisis di Oktober 2014. (unhcr.org/hrw.org).

Ikuti berita kami di Facebook

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home