Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 09:44 WIB | Rabu, 24 Juni 2020

UNIFEF: Pandemi Dorong 100 Juta Anak Asia Selatan pada Kemiskinan

Anak. (Foto: dok. UNICEF)

SATUHARAPAN.COM-Lebih dari 100 juta anak-anak di Asia Selatan dapat jatuh ke dalam kemiskinan sebagai akibat pandemi virus corona, kata sebuah laporan PBB, hari Selasa (23/6) tentang dampak jangka panjang dari krisis tersebut.

Kasus-kasus di kawasan padat penduduk, yang merupakan rumah bagi hampir seperempat populasi dunia, telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir bahkan ketika kawasan itu mencabut penguncian untuk menghidupkan kembali ekonomi yang hancur oleh virus.

"Walaupun mereka mungkin kurang rentan terhadap virus itu sendiri, anak-anak sangat dipengaruhi oleh dampak tersebut, termasuk konsekuensi ekonomi dan sosial dari penguncian itu," kata laporan oleh badan anak-anak PBB, UNICEF.

Asia Selatan, yang meliputi India, Pakistan, Afghanistan, Nepal, Bangladesh, Sri Lanka, Maladewa dan Bhutan, adalah rumah bagi sekitar 600 juta anak, dengan sekitar 240 juta sudah hidup dalam kemiskinan, kata badan itu.

Dalam skenario terburuk, virus itu bisa mendorong 120 juta anak lainnya ke dalam kemiskinan dan kerawanan pangan dalam waktu enam bulan, katanya memperingatkan.

"Tanpa tindakan segera sekarang, COVID-19 dapat menghancurkan harapan dan masa depan seluruh generasi," kata direktur regional UNICEF Asia Selatan, Jean Gough, dalam sebuah pernyataan. Kemajuan dalam perawatan kesehatan, seperti imunisasi, nutrisi dan layanan lainnya, sedang "sangat terganggu."

Mengurangi Makan

Di Bangladesh, UNICEF mengatakan menemukan bahwa beberapa keluarga termiskin tidak mampu membeli makanan tiga kali sehari, sementara di Sri Lanka surveynya menunjukkan bahwa 30 persen keluarga telah mengurangi asupan makanan mereka.

Dengan ditutupnya sekolah, anak-anak yang lebih miskin telah berjuang untuk melanjutkan pendidikan mereka, terutama mereka yang tinggal di rumah tangga pedesaan tanpa akses internet, atau bahkan listrik.

"Ada kekhawatiran bahwa beberapa siswa yang kurang beruntung dapat bergabung dengan hampir 32 juta anak-anak yang sudah putus sekolah sebelum COVID-19 melanda," tambah laporan itu.

Kekhawatiran utama lainnya termasuk risiko kekerasan dalam rumah tangga, depresi dan masalah kesehatan mental lainnya dengan kaum muda menghabiskan lebih banyak waktu di rumah.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home