Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 15:05 WIB | Jumat, 22 Mei 2015

Universitas Monash Berdayakan Peserta UKM Indonesia

Para peserta fellowship untuk UKM dari Indonesia di Monash University. (Foto: radioaustralia.net.au)

MELBOURNE, SATUHARAPAN.COM - Universitas Monash di Melbourne menyelenggarakan kursus singkat selama enam minggu bagi para peserta dari Indonesia dengan harapan mereka dapat memberdayakan usaha kecil dan menengah (UKM) sekembalinya ke Indonesia.

Menurut Paul McShane, Pejabat Peneliti Utama di Institut tersebut, program untuk memberdayakan UKM ini merupakan yang pertama kali diselenggarakan. Dalam kursus yang diselenggarakan oleh Monash Sustainability Institute tersebut, para peserta terdiri dari dosen beberapa perguruan tinggi di tiga kota, Malang, Makassar dan Kupang.

"Kita tahu salah satu hal yang bisa dilakukan di Indonesia adalah mengurangi tingkat kemiskinan," kata Paul McShane, seperti dilansir radioaustralia.net.au, Jumat (22/5).

"Nah hal yang kita lakukan sekarang adalah secara proaktif membantu pembangunan ekonomi. Dengan itu nantinya juga akan mengurangi tingkat kemiskinan. Kita membantu untuk misalnya bagaimana bersama-sama meningkatkan sumber daya manusia, dan fokus kita kali ini adalah usaha kecil dan menengah," kata McShane kepada wartawan ABC di Kampus Monash, Clayton, dalam acara penutupan program tersebut.

Universitas Monash meminta para peserta yang datang dengan membawa satu studi kasus mengenai UKM yang ingin mereka bantu. Para peserta kemudian mendapat masukan dari berbagai disiplin ilmu yang ada di Monash, dan juga berkunjung ke beberapa daerah di antaranya ke Shepparton, sekitar  2 jam perjalanan dari Melbourne, untuk melihat kehidupan usaha kecil dan menengah di tempat itu.

Salah seorang peserta, Aulia Fikriarini dosen arsitektur Universitas Islam Negeri Malang membawa studi kasus mengenai Elisa Bakery di Malang. Dalam penuturannya, Aulia mengatakan sebelum ke Melbourne dia sudah terlibat membantu usaha penjualan roti dengan membuat desain logo.

"Sekarang dengan bekal yang saya dapat setelah enam minggu di Melbourne, saya akan membantu mereka dalam soal seperti misalnya bagaimana agar marketing atau manajemen mereka menjadi lebih bagus. Apakah mungkin mereka bergerak ke bidang e-commerce atau juga melakukan inovasi di bidang resep yang lebih bagus," kata Aulia.

Menurut Aulia, dia senang terlibat dalam program dari Universitas Monash ini karena sebagai tenaga akademis, mereka juga memiliki salah satu tugas untuk mengabdi kepada masyarakat.

"Jadi kita tidak sebagai dosen saja. Tetapi juga harus menjadi pemimpin dan juga siap untuk menjadikan orang lain sebagai pemimpin," kata Aulia.

Bila studi kasus Aulia adalah mengenia bisnis orang lain, sementara Siti Azisah menggunakan bisnis menjual bahan bangunan yang dimiliki keluarganya sebagai bahan studi kasus.

Siti Azisah merupakan dosen jurusan Tarbiyah Universitas Islam Negeri Makkasar dan bisnis menjual bahan bangunan tersebut dikelola oleh suaminya.

"Banyak yang saya pelajari di sini yang dapat saya kembangkan di Indonesia. Salah satunya misalnya mengenai refund, pengembalian barang. Selama ini konsep tersebut tidak banyak dikenal di Indonesia mungkin dalam usaha kecil dan menengah. Ini kan masalah kejujuran atau bagaimana membangun kepercayaan antara pelanggan dan pemilik bisnis," kata Azisah.

Hal yang menarik juga menurutnya adalah berkenaan dengan kunjungannya ke Shepparton di mana mereka melihat perkebunan anggur.

"Di situ saya belajar bagaimana mereka bisa mempertahankan bisnis yang sudah hampir 100 tahun, dengan cara tradisonal namun juga mengkombinasikan dengan metode-metode modern," tambahnya.

Sementara itu Apriana Fanggidae, dosen manajemen Unversitas Nusa Cendana Kupang (NTT) membawa studi kasus mengenai usaha peternakan ayam yang tidak jauh dari rumahnya.

"Usaha ayamnya masih tradisional, dengan sekitar 1.000 ekor ayam. Dari sini, saya sekarang akan memberikan masukan bagaimana meningkatkan pemasaran, yang dulu dia harus menjual sendiri ke pasar menjadi misalnya pembeli dari supermarket, hotel atau restoran datang untuk membeli produknya," kata Apriana.

Hal lain yang juga dapat dipelajari mengenai bagaimana mengelola kotoran ayam sehingga tidak terlalu menganggu lingkungan sekitar.

Menurut Paul McShane, dari program ini,  Universitas Monash juga banyak belajar dari studi kasus yang dibawa oleh para peserta dari Indonesia tersebut. "Jadi tidak saja mereka belajar dari apa yang didapat di sini, namun kami juga belajar banyak dari mereka." katanya. (radioaustralia.net.au)

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home