Untuk Akhiri Perang, Presiden Ukraina Hanya Mau Bicara Langsung dengan Putin
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan pada hari Rabu (25/5) bahwa dia hanya bersedia berbicara langsung dengan Vladimir Putin dan tidak melalui perantara.
Dia menambahkan bahwa jika Presiden Rusia "memahami kenyataan" ada kemungkinan menemukan jalan keluar diplomatik dari konflik.
Zelenskyy, berbicara kepada audiensi di Forum Ekonomi Dunia di Davos, juga mengatakan bahwa Ukraina akan berjuang sampai merebut kembali semua wilayahnya.
Presiden Ukraina mengatakan bahwa Moskow harus menarik pasukannya kembali ke garis sebelum Rusia memulai invasi pada 24 Februari.
"Itu mungkin langkah pertama menuju pembicaraan," katanya, seraya menambahkan bahwa Rusia telah mengulur waktu dalam pembicaraannya dengan Ukraina, dikutip Reuters.
Sementara itu, dari Davos, Swiss, Menteri Luar Negeri Ukraina mengatakan urgensi kebutuhan senjata negaranya dapat diringkas dalam dua singkatan: MLRS (multiple launch rocket systems / sistem roket peluncuran ganda), dan ASAP (as soon as possible / sesegera mungkin)
Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba mengatakan situasi di wilayah Donbas timur “sangat buruk.” Sistem roket dapat membantu pasukan Ukraina mencoba merebut kembali tempat-tempat seperti kota selatan Kherson dari penjajah Rusia yang menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Berbicara di sela-sela pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Kuleba mengatakan dia mengadakan sekitar 10 pertemuan bilateral dengan para pemimpin lain yang negaranya memiliki sistem seperti itu.
"Respons yang saya dapatkan adalah, 'Apakah Amerika sudah memberikannya kepada Anda?'" katanya, menyinggung kepemimpinan AS dikutip AP. “Jadi inilah beban menjadi seorang pemimpin. Semua orang melihat Anda. Jadi Washington harus menepati janji dan memberi kami beberapa sistem roket peluncuran sesegera mungkin. Yang lain akan menyusul.”
“Jika kita tidak mendapatkan MLRS secepatnya, situasi di Donbas akan menjadi lebih buruk dari sekarang,” tambahnya. “Setiap hari seseorang yang duduk di Washington, Berlin, Paris, dan ibu kota lainnya, dan mempertimbangkan apakah mereka harus atau tidak harus melakukan sesuatu, mengorbankan nyawa dan wilayah kita.”
Editor : Sabar Subekti
RI Evakuasi 40 WNI dari Lebanon via Darat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengevakuasi 40 Warga ...