Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:18 WIB | Kamis, 18 Februari 2016

Virus Zika Bisa Lewati Jaringan Plasenta

Ilustrasi: bayi yang menderita mikrosefali. Sebuah laporan yang diterbitkan di Lancet mengungkapkan, jejak virus zika ditemukan dalam cairan ketuban dari dua ibu hamil yang bayinya sudah didiagnosis dengan mikrosefali, (Foto: dailymail.co.uk)

LONDON, SATUHARAPAN.COM – Sebuah laporan yang diterbitkan di Lancet mengungkapkan, jejak virus zika ditemukan dalam cairan ketuban dari dua ibu hamil yang bayinya sudah didiagnosis dengan mikrosefali.  

“Virus bisa menembus jaringan plasenta dan berpotensi menginfeksi janin, cacat lahir yang menyebabkan bayi lahir dengan kepala kecil, dan menyebabkan kerusakan otak,” kata para peneliti Rabu (17/2), demikian menurut Kantor Berita Reuter seperti diberitakan Antara.

Mikrosefali adalah kondisi yang sangat langka, bayi lahir abnormal dengan otak tidak tumbuh pada tingkat yang diharapkan, dan lingkar kepala anak lebih kecil dari biasanya.

Saat ini sudah 36 negara terpapar virus ini, dan pejabat WHO memperkirakan sebanyak empat juta orang dapat terinfeksi virus ini.

Dr Ana de Filippis, peneliti utama studi baru dari Institut Oswaldo Cruz di Rio de Janeiro, mengatakan ini adalah penelitian pertama untuk mengidentifikasi virus zika dalam cairan ketuban.

'Studi sebelumnya telah mengidentifikasi virus zika dalam air liur, ASI, dan urine ibu dan bayi mereka yang baru lahir, setelah melahirkan," katanya, seperti dikutip dari dailymail.co.uk.

"Penelitian ini, tidak bisa menentukan apakah virus zika yang teridentifikasi pada dua kasus ini, sebagai penyebab mikrosefali pada bayi-bayi itu," kata Ana de Filippis, dokter yang memimpin penelitian ini di Institut Oswaldo Cruz.

"Sampai kami memahami, mekanisme biologis yang mengaitkan virus zika dengan mikrosefali, kami tidak bisa memastikan salah satu faktor menjadi penyebab yang lainnya," kata De Filippis.

Banyak ilmuwan yang meyakini zika, wabah yang berasal dari nyamuk yang kini sedang melanda Benua Amerika, kemungkinan menjadi faktor penyebab mikrosefali pada bayi baru lahir, selain penyebab gangguan saraf yang serius pada orang dewasa yang disebut dengan sindrom Guillain-Barre.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO, telah menyatakan epidemi zika yang menyebar dari Brasil sebagai darurat kesehatan masyarakat global. WHO juga menyerukan penelitian mendesak mesti dilakukan untuk membuktikan kaitan virus itu dengan semakin banyaknya kasus cacat lahir.

Penelitian pimpinan De Filippis itu menggarisbawahi, jumlah kasus bayi dengan mikrosefali di Brasil pada 2015 melonjak 20 kali lipat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada saat yang sama, Brasil mengalami jumlah terinfeksi virus zika yang tinggi.

Bayi yang lahir dengan kondisi mikrosefali berisiko mengalami perkembangan otak yang tidak tuntas.

Kondisi serupa itu sebelum ini dikaitkan dengan banyak faktor, termasuk gangguan genetis, obat-obatan atau keracunan bahan kimia, ibu yang kurang gizi, dan infeksi virus atau bakteri yang bisa menembus jaringan plasenta seperti virus herpes, HIV, atau viru-virus berasal dari nyamuk seperti chikungunya.

Demi penelitian itu, tim De Filippis menyelidiki kasus dua wanita yang masing-masing berusia 27 dan 35, dari Paraiba di Brasil timur laut.

Kedua wanita ini, memiliki gejala terinfeksi virus zika, seperti demam, sakit otot, dan gelisah, selama triwulan pertama masa kehamilan mereka. Ultrasonografi yang diambil kira-kira 22 pekan dari masa kelahiran memastikan janin mereka memiliki mikrosefali.

Para peneliti, telah mengambil dan menganalisis sampel-sampel cairan ketuban pada 28 pekan dari masa kelahiran. Kendati darah dan sampel urine kedua wanita itu terbukti negatif dari virus zika, cairan ketuban mereka ternyata dites positif mengandung genom virus itu dan antibodi zika.

"Perincian virus zika teridentifikasi langsung pada cairan ketuban seorang wanita selama masa kelahirannya menunjukkan virus itu bisa melintasi jaringan plasenta dan berpotensi menginfeksi janin," kata De Filippis.

Jimmy Whitworth, pakar virus zika dan profesor kesehatan masyarakat internasional pada London School of Hygiene & Tropical Medicine, menyebut penemuan itu "memperkuat bukti" yang menunjukkan zika adalah penyebab mikrosefali di Brasil.

Namun, dia menegaskan, kendati penelitian-penelitian terhadap hal ini bisa menunjukkan kaitan antara zika dengan mikrosefali, keduanya tidak memperlihatkan hubungan sebab akibat secara langsung.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home