Loading...
DUNIA
Penulis: Dewasasri M Wardani 16:16 WIB | Jumat, 15 Mei 2020

WHO Eropa Peringatkan Ancaman Kelelahan Selama Upaya Melawan COVID-19

Seorang wanita yang mengenakan masker terlihat di kereta bawah tanah di Brussel, Belgia, pada 11 Mei 2020. (Foto: Antara/Xinhua/Zhang Cheng)

KOPENHAGEN, SATUHARAPAN.COM – Kantor regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa pada Kamis (14/5), memperingatkan bahwa kelelahan darurat (emergency fatigue) dapat merusak kemajuan dalam upaya melawan COVID-19 di kawasan itu, sementara meningkatnya kasus infeksi di Eropa Timur membayangi upaya-upaya untuk menekan kemunculan kembali wabah.

"Kelelahan darurat mengancam kemajuan berharga yang telah kita buat dalam upaya mengatasi virus ini. Berbagai laporan ketidakpercayaan terhadap pihak berwenang dan adanya pemikiran teori konspirasi memicu gerakan melawan jaga jarak sosial dan fisik," kata Direktur Regional WHO untuk Eropa Dr. Hans Kluge dalam pertemuan virtual rutin yang diadakan di Kopenhagen.

"Ada beberapa orang yang bersikap terlalu hati-hati, yang terus membatasi interaksi sosial dan akses mereka terhadap layanan kesehatan," kata pejabat WHO itu.

WHO Eropa meminta individu, masyarakat, dan pihak berwenang untuk tetap waspada, karena "ketidakpercayaan, penolakan terhadap tindakan, dan mengabaikan perubahan perilaku yang kita semua telah buat guna membatasi COVID-19 akan menggiring kita ke jalan yang tak seorang pun ingin ambil."

Dengan ini, WHO Eropa mendesak warga masyarakat untuk "tetap waspada dan menjaga kemajuan-kemajuan" yang sudah dicapai, sementara para pembuat kebijakan harus "tetap memperhatikan yang dilakukan warga; dengar, pelajari, dan sesuaikan langkah pencegahan."

"Kita semua memiliki peran yang harus dimainkan untuk membatasi COVID-19. Perilaku kita menentukan perilaku COVID-19. Sekarang terserah kepada kita."

Menurut WHO Eropa, hingga Kamis (14/5) telah tercatat 1,78 juta kasus terkonfirmasi COVID-19 dengan 160.000 kematian di kawasan tersebut, yang mencakup 43 persen kasus terkonfirmasi dan 56 persen kematian secara global.

"Meskipun risiko di semua negara kawasan Eropa tetap sangat tinggi, di wilayah Eropa timur inilah kita melihat peningkatan jumlah kasus terus terjadi," kata Kluge.

Penilaian Kluge tersebut muncul setelah berita bahwa Eropa secara keseluruhan mengalami sedikit penurunan kasus infeksi COVID-19, kendati ada "titik hitam" di Inggris, Spanyol, dan Rusia yang "masih termasuk 10 negara teratas di dunia yang melaporkan kasus terbanyak dalam 24 jam terakhir." (Xinhua/Ant)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home