Loading...
INSPIRASI
Penulis: Irvin Tolanda 19:28 WIB | Senin, 01 Mei 2017

Yang Tersisa dari Pilkada DKI 2017

Sikap pendukung menceriminkan sikap orang yang didukungnya.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Banyak yang menilai bahwa Pilkada DKI Jakarta 2017 ini merupakan pilkada yang cukup panas karena terjadi persaingan sengit di antara ketiga paslon. Perhatian media dan publik hampir seluruhnya tertuju hanya ke Jakarta. Bahkan ada yang mengatakannya sebagai ”pilkada rasa pilpres”.

Hari pencoblosan pun telah berlalu, dan menyisahkan dua pasang calon yang akan bertarung di putaran ke dua. Namun, ada hal menarik lainnya yang tersisa dari pilkada kemarin:

 

Sifat Ksatria dari Yang Tersisih

Dalam setiap pertandingan telah menjadi keharusan bahwa akan selalu ada yang menang dan ada yang kalah. Yang menang akan memperoleh hadiahnya atau melanjutkan pada tahap berikutnya, dan yang kalah akan tersisih dari pertandingan. Tetapi bukan itu yang terpenting.

Dalam gelaran Pilkada DKI putaran pertama, paslon nomor urut lebih dahulu tersingkir. Namun, yang membanggakan adalah bahwa kekalahan mereka tidak ikut mengalahkan hati dan jiwa mereka. Dengan sifat ksatria mereka mengakui bahwa mereka kalah, dan sekaligus mengakui kemenangan paslon lain bahkan memberi selamat, semangat, dan dukungan kepada dua pasangan lainnya untuk terus bertanding memperebutkan hati pemilih.

Hal yang serupa juga terjadi pada putaran kedua yang baru saja berakhir. Pasangan Basuki-Djarot dengan sikap ksatria mengakui kekalahan mereka dan kemanangan pasangan Anis-Sandi. Dan yang paling menarik adalah pernyataan-pernyataan yang mendinginkan suasana diungkapkan oleh petahana ini agar tidak terjadi konflik horizontal di masyarakat. sungguh menyejukkan! Satu hal lagi, mereka pun berjanji untuk bekerja lebih keras lagi di sisa masa kepemimpinan, untuk menuntaskan sebisa dan semaksimal mungkin pekerjaan dan janji yang pernah mereka nyatakan kepada warga Jakarta.

Ini sebuah pelajaran kehidupan berdemokrasi yang sangat berharga dan mulia. Berani bertanding berarti berani menerima kekalahan dan berani mengakui kemenangan yang lain.

 

Berakhir dengan Damai

Sikap pendukung mencerminkan sikap orang yang didukungnya, begitu pun sebaliknya. Sudah pasti banyak yang kecewa, menangis, marah, tidak terima dengan kekalahan karena merasa dicurangi. Namun, emosi-emosi ini mampu diredam sehingga tidak menimbulkan konflik. Hati yang penuh damai dari seorang pemimpin telah ditularkan kepada banyak pendukungnya, sehingga yang muncul adalah doa serta harapan terhadap Jakarta yang lebih baik lagi di hari esok, serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya terhadap pemimpin yang telah menunjukkan dedikasi dan integritas serta loyalitas penuh terhadap Jakarta.

Inilah sebuah demokrasi sesungguhnya.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home