Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 14:12 WIB | Minggu, 09 November 2014

Yewangoe: Gereja Dukung Negara Tiap Penanganan Bencana

Yewangoe: Gereja Dukung Negara Tiap Penanganan Bencana
Andreas A. Yewangoe (Ketua Umum PGI, kanan). (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
Yewangoe: Gereja Dukung Negara Tiap Penanganan Bencana
Para peserta PRPG sebelum mendengarkan penjelasan dari A.A. Yewangoe terlebih dahulu melakukan kebaktian pagi.

SIROMBU, SATUHARAPAN.COM – Gereja mendukung kehadiran negara apabila saat pemerintah melakukan penanganan bencana.

Hal ini menjadi salah satu hal yang dikemukakan Ketua Umum PGI, Andreas Anagguru Yewangoe saat memberi materi “Tuhan Mengangkat kita dari Samudera Raya” pada Kamis (6/11) di Gedung pertemuan Orahua Niha Keriso Protestan (ONKP) di Kecamatan Sirombu, Nias Barat, Kepulauan Nias.

“Tsunami dapat kita artikan harfiah atau kiasan, saat ini apabila kita artikan secara kiasan negara kita terus menerus mengalami tsunami,” kata Yewanggoe di hadapan para peserta Pertemuan Raya Pemuda Gereja (PRPG).

PRPG merupakan salah satu bentuk pertemuan yang digelar sebelum Sidang Raya XVI PGI, yang berlangsung mulai dari Rabu (5/11) hingga Sabtu (8/11) di Sirombu, Nias Barat.

“Saat ini bisa kita artikan tsunami sebagai tsunami kemiskinan, tsunami ketidakadilan, tsunami tindak kekerasan dan saat ini negara kita berada dalam tahap kehilangan harapan, maka kalau diartikan tsunami secara kiasan Tuhan melalui gereja akan mengangkat bangsa Indonesia dari kemiskinan, ketertindasan, ketidakadilan, dan keterpurukan,” Yewanggoe menambahkan.    

Pendeta dari Gereja Kristen Sumba (GKS) ini mengemukakan bahwa tsunami yang dia jelaskan adalah sehubungan dengan tema Sidang Raya XVI Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) “Tuhan Mengangkat Kita Dari Samudera Raya”

Yewanggoe tidak ingin berandai-andai tentang pendapat banyak orang bahwa bencana alam yang melanda Kepulauan Nias, Mentawai dan Provinsi Nanggore Aceh Darussalam merupakan ujian dari Tuhan.

Yewanggoe menegaskan saat ini umat Kristen perlu mendiskusikan secara lebih mendalam tentang bencana alam.

Yewanggoe memberi penjelasan apakah bencana alam kehendak Tuhan atau bukan tertuang pada Mazmur 98 ayat 10 yang berbunyi: “Engkaulah yang memerintah rahab (kecongkakan) laut, pada waktu naik gelombang-gelombang Engkau juga yang meredakannya.” Demikian kutipan Mazmur tersebut.

PRPG merupakan salah satu pertemuan sebelum pra sidang raya PGI yang berlangsung mulai dari Rabu (5/11) hingga Sabtu (8/11) di Sirombu, Nias Barat.

“Lewat perikop ayat tersebut Tuhan berhasil menaklukkan kecongkakan samudera raya bumi dan menempatkan samudera di bawah Dia,” Yewanggoe menjelaskan.

Dalam kesempatan yang sama Koordinator Penelitian Biro Penelitian dan Komunikasi Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia, Trisno Sutanto memberi penjelasan di depan para peserta PRPG.

“Indonesia saat ini kurang menganggap perlu memikirkan pelaksanaan sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,” kata Trisno.

Saat ini menurut dia pancasila sangat problematis karena dalam setiap tindakan dan aksi bangsa indonesia menyalahkan kelompok lain berdasar sila pertama “KeTuhanan yang maha esa” dengan mudah menjadi pengakuan “Tuhan yang maha esa”

“Bagaimana dengan mereka yang mengaku “tak bertuhan” maupun menyembah banyak tuhan (politeisme), hal seperti ini yang belum dipikirkan negara,” Trisno menambahkan. 

PGI menyadari situasi yang selalu menyertai lahirnya berbagai gereja di Indonesia adalah keanekaragaman. Karena itu, apabila negara melakukan pemutlakan suatu keyakinan, maka hanya merupakan reduksi atau pemiskinan terhadap kekayaan realitas yang majemuk.    

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home