Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 09:13 WIB | Jumat, 12 Februari 2016

17 Negara Deklarasikan Energi Bersih di Bali

Ilustrasi. Indonesia jadi tuan rumah Forum Energi Bersih yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, 11-12 Februari 2016. (Foto: bceforum.org)

NUSA DUA BALI, SATUHARAPAN.COM – Sebanyak 17 negara, mendeklarasikan pemanfaatan energi bersih dan terbarukan dalam ajang "Bali Clean Energy Forum 2016".

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said, saat konferensi pers mengenai hasil pertemuan tingkat menteri di "Bali Clean Energy Forum" (BCEF) di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/2) mengatakan, negara-negara tersebut berasal dari negara maju, berkembang, kaya minyak, hingga negara kecil.

"Negara-negara tersebut mempunyai `tone` (semangat) yang sama, energi bersih harus dibangun. Sekaya apa pun fosilnya seperti Arab Saudi, ketergantungan pada fosil akan menjebak yakni berisiko karena akan habis," katanya.

Ke-17 negara tersebut adalah, Indonesia, Italia, Swiss, India, Hungaria, Denmark, Australia, Prancis, Selandia Baru, Timor Leste, Amerika Serikat, Papua Nugini, Swedia, Finlandia, Spanyol, Malaysia, dan Srilangka.

Sudirman mengatakan, melalui BCEF, Indonesia mengambil posisi terdepan di kawasan untuk merevolusi dari fosil ke energi bersih dan terbarukan.

"Saat ini, harga minyak memang rendah, sehingga energi terbarukan menjadi kurang ekonomis. Namun, saya yakin harga minyak rendah hanya sementara. Poinnya adalah berapapun harga minyak, EBT harus dikembangkan," katanya.

Apalagi ke depan, lanjutnya, dengan teknologi, harga listrik energi baru dan terbarukan (EBT) akan makin efisien.

Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana menambahkan, pengembangan EBT berjangka panjang, sehingga saat harga minyak rendah, justru EBT menjadi keharusan untukbn dikembangkan.

"Kalau harga minyak tinggi lagi, maka EBT sudah dikembangkan dan tidak telat. Saat ini, EBT sudah menjadi keharusan dan bukan alternatif lagi," katanya.

Sudirman mengatakan, sejumlah hasil BCEF antara lain penandatanganan kesepakatan energi bersih dengan nilai transaksi Rp47,2 triliun.

 Lalu, peluncuran Clean Energy Center of Excellence (CoE) atau Pusat Keunggulan Energi Bersih.

CoE adalah pusat terpadu bagi penelitian, pengembangan hasil penelitian, pendidikan, peningkatan kapasitas pelaksanaan, hingga fasilitasi investasi dalam pengembangan energi bersih dengan tiga menu yakni informasi, teknologi, dan pendanaan.

Hasil lainnya adalah, kesepakatan untuk memasok seluruh kebutuhan energi di Provinsi Bali dengan energi bersih, koneksitas ketenagalistrikan dengan Malaysia dan ke depan dengan Papua Nugini dan Timor Leste, serta peluncuran mobil memakai bahan bakar yang dicampur dengan 20 persen komponen nabati.

BCEF yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, 11-12 Februari 2016, dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Forum, yang diselenggarakan Kementerian ESDM bersama International Energy Agency (IEA) diikuti 1.200 peserta dari 26 negara dan 19 lembaga internasional. (Ant)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home