Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 11:45 WIB | Senin, 25 Oktober 2021

Arab Saudi Janji 2060: Net Zero Emisi

Foto bertanggal 28 Juni 2021 ini, para insinyur dan jurnalis Saudi Aramco melihat Pabrik Pemulihan Cairan Gas Alam Hawiyah di Hawiyah, di Provinsi Timur Arab Saudi. (Foto: dok. AP/Amr Nabil)

DUBAI, SATUHARAPAN.COM-Salah satu produsen minyak terbesar dunia, Arab Saudi, hari Sabtu (23/10) mengumumkan targetnya untuk mencapai emisi gas rumah kaca “nol bersih” pada tahun 2060, bergabung dengan lebih dari 100 negara dalam upaya global dalam perubahan iklim.

Meskipun kerajaan itu bertujuan untuk mengurangi emisi di dalam perbatasannya sendiri, tidak ada indikasi Arab Saudi akan memperlambat investasi dalam minyak dan gas atau melepaskan kekuasaan atas pasar energi dengan menjauh dari produksi bahan bakar fosil.

Ekspor energi merupakan tulang punggung ekonomi Arab Saudi, meskipun ada upaya untuk mendiversifikasi pendapatan karena dunia semakin berupaya untuk beralih dari ketergantungan pada bahan bakar fosil. Negara ini diperkirakan menghasilkan US$ 150 miliar pendapatan tahun ini dari minyak saja.

Pengumuman tersebut, yang dibuat oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman dalam pidato tertulis pada awal Forum Inisiatif Hijau Saudi pertama di kerajaan itu, tepat waktu sebelum dimulainya konferensi iklim global COP26 yang diadakan di Glasgow, Skotlandia.

Pangeran bersumpah Arab Saudi akan menanam 450 juta pohon dan merehabilitasi petak besar tanah pada tahun 2030, mengurangi lebih dari 270 juta ton emisi karbon per tahun dan berusaha mengubah kota Riyadh yang terkurung daratan menjadi ibu kota yang lebih berkelanjutan.

Kerajaan itu bergabung dengan jajaran Rusia dan China pada tanggal “target nol bersih” yang dinyatakan pada tahun 2060. Amerika Serikat dan Uni Eropa telah menargetkan tahun 2050.

Dalam membuat pengumuman itu, para analis mengatakan kerajaan itu memastikan posisinya yang berkelanjutan di meja perundingan perubahan iklim global. Arab Saudi telah menolak mereka yang mengatakan bahan bakar fosil harus segera dihapus, memperingatkan bahwa peralihan prematur dapat menyebabkan volatilitas harga dan kekurangan. Dokumen yang baru-baru ini bocor menunjukkan bagaimana kerajaan dan negara-negara lain melobi di belakang layar menjelang KTT COP26 untuk mengubah bahasa seputar emisi.

Dalam transisi di dalam negeri, kerajaan juga dapat mengambil minyak dan gas yang disubsidi secara lokal dan mengalokasikannya sebagai ekspor yang lebih menguntungkan ke China dan India, di mana permintaan diperkirakan akan tumbuh di tahun-tahun mendatang.

“Pertumbuhan ekonomi kerajaan didorong oleh ekspor sumber energinya. Itu bukan rahasia negara,” kata Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman di forum di Riyadh.

Arab Saudi mengatakan akan mencapai nol (emisi) melalui apa yang disebut pendekatan “Ekonomi Sirkular Karbon”, yang menganjurkan “mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang, dan menghapus.” Ini adalah strategi yang tidak populer di kalangan aktivis perubahan iklim karena strategi ini masih menggembar-gemborkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon yang tidak dapat diandalkan daripada mengurangi secara bertahap penggunaan bahan bakar fosil.

Pengumuman tersebut memberikan beberapa rincian tentang bagaimana kerajaan akan mengurangi emisinya dalam jangka pendek dan menengah, termasuk kapan akan mencapai puncak emisinya. Para ahli mengatakan pemotongan tajam diperlukan di seluruh dunia sesegera mungkin untuk memastikan dunia memiliki peluang untuk membatasi pemanasan global pada 1,5 derajat Celcius (2,7 derajat Fahrenheit) seperti yang disepakati dalam kesepakatan Paris 2015. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home