Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 11:18 WIB | Rabu, 09 Oktober 2019

Hadiah Nobel Fisika 2019 tentang Teori Alam Semesta

Peraih Hadiah Nobel Fisika 2019, dari kiri, James Peebles, Michel Mayor, Didier Queloz berbagi sembilan juta hadiah kronor. (Foto: Phys.org)

STOCKHOLM, SATUHARAPAN.COM – Tiga ilmuwan meraih Hadiah Nobel Fisika 2019 untuk penemuan “terobosan” tentang alam semesta.

James Peebles, Michel Mayor, dan Didier Queloz, diumumkan sebagai pemenang Nobel Fisika tahun ini di sebuah upacara di Stockholm, Swedia, 8 Oktober 2019.

Peebles mendapat kehormatan itu karena karya penemuannya tentang evolusi alam semesta, sementara Mayor dan Queloz menang atas penemuan mereka tentang sebuah planet yang mengorbit bintang seperti matahari.

Cuitan di akun resmi Nobel Prize menyebutkan, #NobelPrize pada bidang fisika tahun ini memberikan penghargaan bagi pemahaman baru tentang struktur dan sejarah alam semesta dan penemuan pertama dari penelitian ini adalah sebuah planet yang mengorbit bintang sejenis matahari di luar tata surya kita.

Ketiga ilmuwan itu berbagi hadiah uang sebesar sembilan juta kronor (£ 738.000, senilai Rp12,7 miliar).

Mendengar berita kemenangannya, Prof Queloz mengatakan kepada Paul Rincon, editor Sains dari BBC News: “Sulit dipercaya,” sambil menambahkan, “Sejak penemuan 25 tahun lalu, semua orang terus mengatakan kepada saya: ‘Ini penemuan Hadiah Nobel’. Dan saya berkata: ‘Oh ya? Mungkin. Tapi, masa bodo.’”

Tetapi, pada tahun-tahun berikutnya, ia agak “lupa” tentang penemuan itu. “Saya bahkan tidak memikirkannya,” katanya. “Terus terang, ya, itu mengejutkan saya. Saya mengerti dampak dari penemuan ini, tetapi ada banyak penelitian dan penemuan ilmu fisika yang bagus yang dilakukan di dunia, jadi saya pikir, itu bukan untuk kami, dan kami tidak membayangkan akan pernah memilikinya.”

Pengetahuan Eksistensial tentang Tempat Kita di Alam Semesta

Ulf Danielsson, anggota Komite Nobel, berkomentar, “Hadiah bagi ketiga ilmuwan ini, memberi tahu kita sesuatu yang penting, sesuatu yang eksistensial tentang tempat kita di alam semesta.”

“Yang pertama, menelusuri kembali sejarah ke asal yang tidak diketahui, yang sangat menarik. Yang lain mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang: ‘apakah kita sendirian - apakah ada kehidupan di tempat lain di alam semesta?’”

James Peebles, kelahiran Winnipeg, Kanada, merasa terhormat atas kontribusinya pada pemahaman evolusi alam semesta dan tempat bumi di kosmos.

Teori Peebles dibangun di atas konsep Albert Einstein tentang asal-usul alam semesta dengan melihat kembali ke milenia setelah Big Bang, sebuah proses di mana cahaya mulai menembak keluar ruang angkasa. Dengan menggunakan alat dan perhitungan teoretis, ia menggambar hubungan antara suhu radiasi yang dipancarkan setelah Big Bang dengan jumlah materi yang diciptakannya.

“Radiasi latar belakang kosmik (cosmic microwave background/CMB) ditemukan pada tahun 1965, dan ternyata menjadi tambang emas untuk pemahaman kita tentang bagaimana alam semesta berkembang dari masa kanak-kanak kita hingga hari ini,” kata Mats Larsson, ketua komite hadiah Nobel fisika.

“Kalau bukan karena penemuan teoretis James Peebles, pengukuran presisi tinggi yang menakjubkan dari radiasi ini selama 20 tahun terakhir tidak akan memberi tahu kita apa-apa.”

Peebles, ahli kosmologi berusia 84 tahun, yang sekarang berkarya di Universitas Princeton di New Jersey, AS itu, juga membuat kontribusi besar pada teori materi gelap dan energi gelap, komponen misterius yang bersama-sama membentuk sekitar 95 persen dari alam semesta.

Selain itu, ia membantu mengembangkan kerangka teori pembentukan struktur - yang menggambarkan bagaimana galaksi dan struktur besar lain muncul dari fluktuasi kepadatan sebelumnya di alam semesta.

Ditanya apa yang dianggapnya kontribusi paling penting, Prof Peebles mengatakan karyanya adalah karya kolaboratif. “Ini pekerjaan seumur hidup,” katanya dalam konferensi pers di Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia di Stockholm.

Menemukan 51 Pegasi b, Planet Mirip Jupiter

Michel Mayor dan Didier Queloz dianugerahi Hadiah Nobel karena menemukan 51 Pegasi b, planet mirip Jupiter yang mengorbit bintang berjarak 50 tahun cahaya.

Itu adalah planet di luar tata surya pertama yang ditemukan mengorbit bintang seperti kita.

Para astronom itu sedang bekerja di Universitas Jenewa, Swiss, ketika penemuan itu dibuat. Mayor, 77, masih berkarya di Jenewa sebagai profesor emeritus, sedangkan  Queloz, 53, sekarang memegang posisi di Jenewa dan di Universitas Cambridge, Inggris.

Michael Moloney, ketua Institut Fisika Amerika, mengatakan, “Pekerjaan inovatif [para pemenang] untuk menemukan sifat dasar dari alam semesta dan dunia baru dalam sistem tata surya yang jauh telah membuka seluruh bidang penelitian baru dalam kosmologi dan planet ekstrasurya ilmu.”

“Penemuan planet yang mengorbit bintang di luar sistem kita sendiri telah mengubah persepsi kita tentang tempat kita di alam semesta – alam semesta yang masih menyimpan banyak misteri untuk dipecahkan.”

Selain mendapat uang, para pemenang berhak atas medali emas dan sertifikat. Hadiah akan diberikan oleh Raja Carl XVI Gustaf dalam acara di Stockholm, Swedia, pada 10 Desember 2019, bersamaan dengan peringatan meninggalnya ilmuwan Alfred Nobel pada 1896. (bbc.com/berbagai sumber)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home