Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 18:33 WIB | Senin, 01 Februari 2016

Ini Tantangan RI Hadapi MEA Menurut Menteri BUMN

Menteri BUMN, Rini Soemarno. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, mengatakan ada beberapa tantangan dan peluang Indonesia menyambut era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah dimulai pada 1 Januari 2016.

Pertama, menurut dia, terkait dengan struktur ekonomi, Indonesia dihadapkan pada tingginya angka kemiskinan disertai pembangunan yang belum merata (inequality development).

“Ini antara lain ditandai masih dominannya Pulau Jawa dalam pencapaiann Produk Domestik Bruto (58 persen) dan semakin tingginya gini ratio/index yang menunjukkan derajat kesenjangan sebesar 0,413 pada tahun 2013,” kata Rini Soemarno dalam Seminar Center of Reform on Economic (CORE) bertajuk "Sinergi BUMN Menjawab dan Peluang MEA" di Ruang Sumba, Hotel Borobudur, Jl. Lapangan Banteng Selatan No.1 Jakarta Pusat, hari Senin (1/2).

Kedua, kata Rini, dari pasar barang, Indonesia menghadapi masalah tingginya ketergantungan terhadap impor energi dan pangan, dan lemahnya daya saing infrastruktur dan manufaktur yang ditandai dengan tingginya importase untuk bahan mentah dan bahan baku serta alat-alat produksi.

“Selain itu, rendahnya tingkat akses penduduk terhadap layanan keuangan sering berdampak pada lambatnya transmisi kebijakan moneter yang digulirkan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sektor riil,” katanya.

Ketiga, untuk pasar tenaga kerja, Rini mengaku, dengan angkatan kerja produktif sebesar 40,8 persen dari populasi, Indonesia menghadapi tantangan serius disebabkan rendahnya jumlah tenaga kerja terdidik dan produktifitas tenaga kerja dibanding negara-negara di kawasan yang sama.

“Kualitas tenaga kerja juga terlihat dari angka human development index kita yang berada pada posisi 121 dari 186 negara pada tahun 2014,” kata dia.

Peluang

Sementara itu, dalam sudut pandang optimistis, kata Rini, MEA adalah sebuah kesempatan emas bagi bangsa Indonesia untuk menggunakannya sebagai akselerator tercapainya kemakmuran bangsa.

Menurut dia, sebagai bangsa dengan jumlah penduduk terbesar di kawasan ASEAN ditambah dengan komposisi penduduk yang sangat favorable (bonus demografi), Indonesia adalah ibarat mesin dengan potensi tenaga yang sangat besar.

“Jumlah penduduk yang besar bukan hanya faktor penting dari sisi supply tapi juga dari sisi demand sebagai pangsa pasar dari setiap produk yang dihasilkan. Itulah mengapa Produk Domestik Bruto kita terbesar di kawasan ASEAN dengan kontribusi terbesarnya dari sektor konsumsi yang mencapai kisaran 60 persen,” katanya.

Selain faktor penduduk, lanjut Rini, Indonesia juga kaya dengan produk komoditas baik dari sektor agroindustry seperti CPO (crude palm oil) maupun dari sektor tambang seperti emas, batubara, minyak dan gas bumi.

“Tidak berlebihan jika dengan dua hal tersebut di atas kita sangat percaya diri dapat menjadi pemenang dalam persaingan MEA,” katanya.

Sinergi dan Kolaborasi Antar Entitas Usaha

“Dihadapkan pada potensi dan tantangan tersebut, pertanyaan yang harus kita jawab sekarang adalah apa yang semestinya kita lakukan sekarang?” tanya Menteri BUMN.

Menurut Rini, dengan 118 BUMN yang bergerak hampir di semua sektor industri - sekian di antaranya BUMN adalah market leader di dalamnya - ditambah total asset yang mencapai hampir mencapai Rp 5.400 triliun sepertinya sangat beralasan jika BUMN diharapkan dapat berperan banyak dalam menghadapi MEA.

“Peran BUMN dalam ikut menentukan arah dampak MEA makin kentara jika kita menilik visi Pemerintah saat ini yang menjadikan BUMN sebagai agent of development,” kata dia.

“BUMN dilibatkan secara aktif mendukung terealisasinya program-program prioritas Pemerintah seperti mewujudkan kemandirian pangan ketahanan energi, percepatan pembangunan infrastruktur, konektivitas dan kemaritiman serta keuangan,” katanya.

Rini mengaku, menghadapi era persaingan global, khususnya MEA, BUMN tidak dapat lagi bergerak sendiri-sendiri dan sporadis. Upaya-upaya individu BUMN, meski sudah sangat maksimal, hanya akan mengantarkan pada peningkatan kinerja yang linier sifatnya, di mana itu tidak akan cukup untuk mengejar irama bisnis global.

“Oleh karena  itu, sinergi dan kolaborasi antar entitas usaha khususnya antarBUMN adalah sebuah keniscayaan untuk mendorong pertumbuhan BUMN yang signifikan,” kata Menteri BUMN itu.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home